LAPORAN
PERJALANAN FIELD STUDY
(STUDY
AGAMA, PENDIDIKAN DAN BUDAYA)
MADRASAH
ALIYAH NEGERI PURWOREJO
TAHUN
PELAJARAN 2015/2016

KELOMPOK : 3
1.
Anggarani
Sukma Wati (01)
2.
Dwi
Wahyuningsih (06)
3.
Erni
Krisnawati (08)
4.
Ismi Nurul
Fadlilah (11)
5.
Muhammad
Fahron (16)
6.
Nurul
Kurniawan (19)
7.
Saptarini
Pratiwi (22)
8.
Wahyu Eka
Hestiningrum (27)
XI
IIS 3
JAWA
TIMUR-BALI, 10-15 APRIL 2016
LAPORAN
PERJALANAN FIELD STUDY
(STUDY
AGAMA, PENDIDIKAN DAN BUDAYA)
MADRASAH
ALIYAH NEGERI PURWOREJO
TAHUN
PELAJARAN 2015/2016

KELOMPOK : 3
1.
Anggarani
Sukma Wati (01)
2.
Dwi
Wahyuningsih (06)
3.
Erni
Krisnawati (08)
4.
Ismi Nurul
Fadlilah (11)
5.
Muhammad
Fahron (16)
6.
Nurul
Kurniawan (19)
7.
Saptarini
Pratiwi (22)
8.
Wahyu Eka
Hestiningrum (27)
XI
IIS 3
JAWA
TIMUR-BALI, 10-15 APRIL 2016
HALAMAN
PENGESAHAN
Karya Ilmiah
“LAPORAN
PERJALANAN FIELD STUDY
(STUDY
AGAMA, PENDIDIKAN DAN BUDAYA)”
Disusun Oleh:
1.
Anggarani
Sukma Wati (01)
2.
Dwi
Wahyuningsih (06)
3.
Erni
Krisnawati (08)
4.
Ismi Nurul
Fadlilah (11)
5.
Muhammad
Fahron (16)
6.
Nurul
Kurniawan (19)
7.
Saptarini Pratiwi (22)
8.
Wahyu Eka
Hestiningrum (27)
Setelah
diperiksa dan diteliti, maka karya ilmiah ini disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Pembimbing I Pembimbing II
(nama guru pembimbing)
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini selain
ditulis untuk memenuhi tugas mata pelajaran bahasa Indonesia, tetapi juga untuk
memperkenalkan dan memberi pengetahuan akan objek-objek wisata yang terdapat di
Jawa Timur dan Pulau Bali.
Dengan ini, kami mengucapkan
terimakasih sebanyak-banyaknya kepada :
1.
Bapak Drs. H. Wachid Adib, M.SI selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri
Purworejo yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengikuti kegiatan
field study ke Jawa Timur dan Bali.
2.
Ibu Ika
Setyarini, S.pd selaku wali kelas XI IIS 3
3.
Ibu Sumaryati,S.Pd
selaku guru Bahasa Indonesia yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan
karya ilmiah ini agar baik adanya.
4.
Bapak dan Ibu
guru pembimbing yang telah menjaga dan mendampingi kami selama perjalanan field
study
5.
Semua pihak
yang telah memberikan penjelasan selama kegiatan field study
6.
Semua pihak
yang telah membantu kami dalam penyusunan karya ilmiah ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya
7.
Semua
teman-teman yang telah membantu kami dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
Kami
sadar bahwa karya ilmiah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
membutuhkan kritik dan saran yang dapat membangun guna menyempurnakan karya
ilmiah ini.
MOTTO
·
Lihatlah
mereka yang lebih tidak beruntung dari padamu sehingga kau tidak mungkin tidak
berpuas diri atas keberuntungan yang diberikan Allah kepadamu (Nabi Muhammad
SAW)
·
Cara memulai
adalah dengan berhenti berbicara dan mulai melakukan.
·
Untuk
mencapai kesuksesan, kita jangan hanya bertindak, tapi juga perlu bermimpi,
jangan hanya berencana, tapi juga perlu percaya.
·
Orang yang
berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, dan
akan mencoba kembali untuk melakukan dalam suatu cara yang berbeda.
·
Saya memang
tidak dapat menghentikan hujan, tapi hujan tidak akan pernah dapat menghentikan
semangat saya.
·
Jangan takut
mengambil sebuah resiko, takutlah jika kamu hanya berjalan ditempat.
KATA
PENGANTAR
Dengan
mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat
dan semangat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis
ini tanpa ada halangan suatu apapun. Karya tulis ini disusun guna memenuhi
tugas dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia semester 2 MAN Purworejo
Karya tulis kami ini berjudul “LAPORAN
PERJALANAN FIELD STUDY (STUDY AGAMA, PENDIDIKAN DAN BUDAYA)”yang semua
data-datanya kami kumpulkan dari obyek tersebut dan buku-buku sejarah, juga
beebagai pihak. Oleh karena itu, melaluikesempatan ini kami ingin menyampaikan
terimakasih kepada yang terhormat :
Ø Kepala sekolah sebagai penyedia
fasilitas pengumpul karya tulis.
Ø Wali kelas dan guru pembimbing
sebagai penuntun dalam penyusunan karya tulis.
Ø Rekan siswa MAN Purworejo sebagai
sumber inspirasi.
Kami
menyadari akan kekurangan di berbagai hal dalam menyusun karya tulis ini, untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki masa mendatang yang
sifatnya membangun.
Semoga karya
tulis ini bisa bermanfaat baik bagi kami maupun pihak-pihak lain. Amin.
Purworejo,
22 April 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul.................................................................................................1
Halaman
Pengesahan......................................................................................2
Halaman
Persembahan...................................................................................3
Halaman Motto................................................................................................4
Kata
Pengantar.................................................................................................5
Daftar
Isi...........................................................................................................6
Bab I Pendahuluan
A.
Latar
Belakang........................................................................................7
B.
Rumusan
Masalah..................................................................................7
C.
Tujuan
Penulisan....................................................................................7
D. Manfaat
Penulisan..................................................................................7
E.
Pembatasan Masalah..............................................................................7
F.
Metode
Penulisan...................................................................................8
G.
Pelaksanaan
Kegiatan.............................................................................8
Bab II Pembahasan
A.
Pesantren Tebuireng
dan Makam Gusdur...........................................9
B.
Pesantren
Sukorejo dan KH. As’ad Syamsul Arifin...........................13
C.
Masjid Tiban
Turen Malang...............................................................16
D. UIN
Malang..........................................................................................16
E.
Tanah
Lot..............................................................................................18
F.
Bedugul.................................................................................................19
G.
Joger......................................................................................................20
H.
Tanjung Benoa.....................................................................................23
I.
Makam Raden
Ayu Siti Khotijah.........................................................24
Bab III Penutup
A.
Kesimpulan...........................................................................................26
B.
Saran.....................................................................................................26
C.
Pesan dan
Kesan Perjalanan................................................................26
D. Lampiran...............................................................................................27
DAFTAR
PUSTAKA.........................................................................................32
Bab I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang masalah
Dengan banyaknya objek-objek
wisata yang ada di Nusantara menjadi salah satu alasan diadakannya sebuah field
study untuk mengenal dan menanambah ilmu pengetahuan.Field Study adalah salah
satu kegiatan yang diselenggarakan tiap tahunnya disekolah kami dalam rangka
kegiatan belajar di luar kelas.
Kunjungan ini dilaksanakan pada
tanggal 10-15 April 2016. Adapun tujuan wisata kami yaitu Jawa Timur dan Pulau
Bali. Berkaitan dengan field study, kami diberi ugas untuk membuat sebuah
laporan dalam bentuk karya ilmiah mengenai objek-objek wisata yang dikunjungi.
Dalam menyusun karya ilmiah ini tentunya kami memerlukan data-data yang akurat.
B.
Rumusan
Masalah
a.
Objek apa
sajakah yangterdapat di Jawa Timur dan Bali?
b.
Pengetahuan
apa yang didapatkan dalam field study kali ini ?
c.
Tujuan
Tujuan khusus :
Untuk memenuhi tugas
mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI tahun pelajaran 2015/2016 dalam
membuat karya ilmiah.
Tujuan umum :
a.
Sebagai
sarana untuk memperkenalkan objek wisata yang ada di Jawa Timur dan Bali kepada
pembaca
b.
Sebagai
wawasan untuk menambah informasi serta ilmu pengetahuan.
c.
Sebagai
perbandingan antara teori yang ada diberikan di kelas dengan kenyataan yang ada
di lapangan.
d.
Memperkenalkan
kebudayaan yang beraneka ragam di Indonesia.
d.
Manfaat
Penulisan
a.
Menambah
wawasan mengenai wisata dan budaya Indonesia
b.
Mengasah
kemampuan menyusun laporan perjalanan secara sistematis.
e.
Pembatasan
Masalah
Agar pembataan
masalah ini terarah, maka penulis perlu membatasi masalah yang perlu dibahas.
Adapun masalah yang akan penulis bahas yaitu seputar objek wisata di Jawa
Timur-Bali dan sekitarnya saja. Agar hali ini tidak melenceng dari judul karya
tulis.
f.
Metode
Penulisan
a.
Observasi,
yaitu melakukan pengamatan secara langsung pada objek dan mencatat hal-hal
penting sebagai bahan.
b.
Metode
wawancara yaitu peneulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada pemandu wisata.
c.
Study
pustaka yaitu metode yang dilkukan dengan cara mengumpulkan buku-buku yang
berkaitan dengan penyusunan laporan perjalanan
g.
Pelaksanaan
Kegiatan
Ø Jawa Timur
Hari/Tanggal : 10-12 April 2016-04-25
Objek
: - Makam Gusdur
-
Pesantren
Sukorejo dan KH. As’ad Syamsul Arifin
-
UIN
Malang
-
Masjid
Tiban Turen
Ø Pulau Bali
Hari/Tanggal : 13-14 April 2016
Objek
: - Tanah Lot
-
Bedugul
-
Joger
-
Tanjung
Benoa
-
Makam
Raden Ayu Siti Khotijah
Bab
II
Pembahasan
A.
Pesantren
Tebuireng dan Makam Gusdur
a.
Lokasi
Pondok pesantren Tebuireng terletak
di Jl. Irian Jaya 10 Tebuireng Jombang. Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang,
Jawa Timur.
b.
Sejarah
Tebuireng
dahulunya merupakan nama dari sebuah dusun kecil yang masuk wilayah Cukir, Kecamatan
Diwek, Kabupaten
Jombang, Jawa Timur. Letaknya delapan kilometer di selatan kota
Jombang, tepat berada di tepi jalan raya Jombang – Kediri. Menurut cerita
masyarakat setempat, nama Tebuireng berasal dari “kebo ireng” (kerbau hitam).
Versi lain menuturkan bahwa nama Tebuireng diambil dari nama punggawa kerajaan
Majapahit yang masuk Islam dan kemudian tinggal di sekitar dusun tersebut.
Pondok Pesantren Tebuireng
sendiri didirikan oleh KHM. Hasyim Asy’ari tahun 1899 M, dan mendapat pengakuan
dari pemerintah Hindia Belanda pada 16 Rabiul Awwal 1324 H / 6 Februari 1899 M.
Kyai Hasyim lahir di Pesantren Gedang, arah utara kota Jombang pada 26 Dzul
Qo’dah 1287 H / 14 Februari 1871 M dari hasil perkawinan antara K. Asy’ari
dengan Halimah. Beliau adalah seorang ulama’ besar yang telah lama belajar dan
mendalami ilmu agama baik di dalam maupun luar negeri. Jiwanya merasa
terpanggil untuk memperbaiki masyarakat tempat tinggalnya yang sedang dilanda
berbagai krisis kehidupan, Kyai Hasyim mendirikan Pondok Pesantren yang
berperan sebagai pusat pendidikan dan penyiaran agama Islam.
Dalam Mewujudkan cita-citanya,
Kyai Hasyim memiliki suatu pedoman,
c.
Sistem Pendidikan
13. Sistem
Pengajaran Kitab – kitab Kuning
Sistem
pendidikan yang digunakan untuk mendalami kitab salaf di Pondok Pesantren
Tebuireng yaitu sistem sorogan dan sistem weton atau bandongan. Sistem sorogan
oleh K.H.Abd. Rahman Usman di pahami dengan istilah Takhasus.
Kyai yang
mengajar sistem sorogan adalah
:
1.
Drs. K.H. Syuhada Syarief
2.
Drs. K.H. Musta’in Syafi’i
3.
Ust. Abd. Aziz Sukarto Faqih
4.
Drs. K.H. Abd. Rahman Usman
Materi atau
kitab diajarkan antara lain: Sharaf, Fiqh, Tauhid, Tafsir, Tasawuf dan Hadist.
Materi yang biasa diikuti para santri adalah Nahwu, Sharaf, Tafsir dan Fiqh.
Sistem
sorogan dalam pengajian ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan
sistem pendidikan islam tradisional, sifat sitem ini menuntut kesabaran,
kerajinan, ketaatan dan kedisiplinan pribadi dari murid.
Pelaksanaan
sorogan ini biasanya didalam masjid yaitu para santri berbentuk melingkar
dihadapan kiyai (Kiyai didalam pengimanan). Namun, pada saat ini pelaksanaan
pengajian sorogan tertempat diberbagai tempat, ada yang dirumah kiyai, kadang
ada yang berada dikamar santri sendiri.
Sistem weton
adalah sistem yang banyak dipakai diberbagai pondok pesantren, demikian halnya
dipondok pesantren tebuireng. Tingkat perbandingan ustadz memakai sistem
sorogan dan weton dengan 4:30 ustadz. Utadz-ustadz ini memiliki sebuah
santri dan kebanyakan pula para santri tersebut memilih sistem weton.
Adapun sarana
untuk pengajian weton adalah dikomplek pesantren, serambi masjid, gedung-gedung
sekolah, dirumah para pengasuh(K.H Adlan Ali, Drs. K.H Syuhadah Syarief, Drs.
K.H Abd. Rahman Usman).
2)
Sistem Madrasah Salafiyah Syafi’iyah.
Madrasah
Salafiyah Syafi’iyah (MASS) yang ada di Pondok Pesantren Tebuirng pada tahun
1988 adalah sebagai berikut:
a.
Madrasah
Salafiyah Syafi’iyah Tingkat Tsanawiyah.
MASS tingkat
salafiyah berdiri pada tahun 1946, berbagai kepala sekolahnya adalah Moch.
Sathori dari Blitar. Pada saat itu situasi tanah air dalam keadaan perang
melawan belanda yang ingin menguasai kembali Republik Indonesia yang baru
merdeka dengan membonceng pasukan sekutu inggris.
Kurikulum
MASS tingkat Tsanawiyah pada tahun 1947 masih bertitik tolak pada pengetahuan
agama dan sedikit pengetahuan umum. Karena banyak siswa berminay mengikuti
UN/Ingin mendapat ijasah, maka diadakan pembaharuan, mengikuti pada kurikulum
DEPAG RI. Namum tidak mutlak mengikuti DEPAG RI yakni dengan presentase 70%
pengetahuan umum 30% pengetahuan agama.
b.
Madrasah Salafiyah Syafi’iyah Tingkat Aliyah.
Kurikulum
MASS Aliyah Tebuireng adalah kombinasi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1984,
dengan tetap mempertahankan ciri khas aliyah Tebuireng. Dilihat dari
presentasinya 65% pengetahuan agama dan 35% pengetahuan umum dengan 45 mata
pelajaran.
3)
Sistem
Sekolah Umum.
Sistem
sekolah umum yang ada dipondok Pesantren Tebuireng adalah sebagai berikut:
13. Sekolah
Menengah Pertama (SMP) A. Wahid Hasyim.
Tujuan
berdirinya SMP A. Wahid Hasyim antara lain:
- Melihat
arus dari minat para anak untuk melanjutkan kesekolah umum.
-
Membentuk kader yang tangguh dalam bidang ilmu yang bersifat umum dan agamis.
- Sebagai
jembatan dakwah melalui sekolah umum.
- Menyiapkan
tenaga yang mampu mengikuti teknologi modern yang bertakwa kepada tuhan YME.
Kurikulum
SMP A. Wahid Hasyim mengikuti kurikulum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
hanya ada program diniyah(Pendalaman agama) sebanyak 30% yang dikelola oleh
para guru dengan mengikuti kebijakan yayasan. Adapun materi tambahannya adalah
Al-qur’an, Ibadah dan Akhlak.
13. Sekolah
Menengah Atas A. Wahid Hasyim
SMA
A. Wahid Hasyim adalah dibawah naungan yayasan Hasyim Asy’ari Tebuireng
DEPDIKBUD.
Kurikulum SMA
A. Wahid Hasyim mengikuti kurikulum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1984
edisi 1987. Untuk pelajaran agama sesuai dengan kurikulum adalah 2 jam
pelajaran, namun ditambah dengan mata pelajaran lain meliputi: Tauhid, Fiqh,
Tajwid, Hadist, Tarikh Islam, Tafsir, Bahasa Arab, Nahwu, Sharaf.
Jumlah jam
pelajaran keseluruhan 48 jam, dengan rincian 38 jam mata pelajaran yang sesuai
dengan kurikulum 1984 dan 10 jam pelajaran agama(Diniyah). Dengan demikian
presentasenya pelajaran umum 75% dan pelajaran agama 25%.
4)
Sistem
Pendidikan Madrasah Al-Qur’an.
Madrasah
Al-Qur’an berdiri pada tanggal 27 Syawal tahun 1931 H, bertepatan pada tanggal
15 Desember 1971. Madrasah ini lahir melalui proses hasil musyarah dari
sembilan orang kiyai, tokoh masyarakat dan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng,
sebagai perwujudan cita-cita luhur terpadu dari dua pahlawan yaitu K.H. M. Hasyim
Asy’ari dan K.H. A. Wahid Hasyim.
Adapun tujuan
dari Madrasah Al-Qur’an adalah membuntuk pribadi muslim, khamil Al-Qur’an.
Lafdzan wa ma’nam. Wa amalan, tidak hanya mencetak hafidzm saja, lebih dri itu
mereka harus dapat menghayati isi kandungan Al-Qur’an seta mengamalkanya.
Kurikulum
Madrasah Al-Qur’an berbeda dengan kurikulum di MASS Tsanawiyah dan MASS Aliyah
namun memiliki corak tersendiri, karena disamping mempelajari agama lebih
khusus lagi menghafal Al-Qur’an.
Sistem yang
dipakai oleh Madrasah Al-Qur’an Tebuireng adalah, sebagai berikut:
1. Diutamakan
Fashahahnya, setelah Fashahahnya sudah menguasai baru ketahap berikutnya.
2.
Tahap menghafal Al-Qur’an
Dari
cara tersebut dapat diketahui bahwa bukan hafal dahulu, baru Fashahahnya, namun
Fashahah dahulu baru hafalanya. Karena kalau hafalan dahulu, akan mendapat
hambatan yaitu biasanya para santri yang sudah hafal sulit diperbaiki
Fashahahnya.
d.
Tokoh Pendiri
Pesantren
·
Hadratusy Syaikh
K.H. Hasyim Asy’ari
K.H.
Hasyim Asy’ari lahir pada 24 Dzulqa`dah 1287 H atau 14 Februari 1871 M di Desa
Nggedang, Jombang, Jawa Timur. Ia anak ketiga dari 10 bersaudara pasangan Kiai
Asy`ari bin Kiai Usman dari Desa Tingkir dan Halimah binti Usman. Ia lahir dari
kalangan elite santri. Ayahnya pendiri Pesantren Keras. Kakek dari pihak ayah,
Kiai Usman, pendiri Pesantren Gedang. Buyutnya dari pihak ayah, Kiai Sihah,
pendiri Pesantren Tambakberas. Semuanya pesantern itu berada di Jombang.
Sampai umur
13 tahun, Hasyim belajar kepada orangtuanya sendiri sampai pada taraf menjadi
badal atau guru pengganti di Pesantren Keras. Muridnya tak jarang lebih tua
dibandingkan dirinya. Pada umur 15 tahun, ia memulai pengembaraan ilmu ke
berbagai pesantren di Jawa dan Madura: Probolinggo (Pesantren Wonokoyo), Tuban
(Pesantren Langitan), Bangkalan, Madura (Pesantren Trenggilis dan Pesantren
Kademangan), dan Sidoarjo (Pesantren Siwalan Panji). Pada pengembaraannya yang
terakhir itulah, ia, setelah belajar lima tahun dan umurnya telah genap 21
tahun, tepatnya tahun 1891, diambil menantu oleh Kiai Ya`kub, pemimpin
Pesantren Siwalan Panji. Ia dinikahkan dengan Khadijah.
Selama
hidupnya, K.H. Hasyim menikah tujuh kali. Selain dengan Khadijah dan Nafisah,
antara lain ia juga menikahi Nafiqah, dari Siwalan Panji, Masrurah, dari
Pesantren Kapurejo, Kediri. Tahun 1899, 12 Rabi’ul Awwal 1317, ia mendirikan
Pesantren Tebuireng. Lewat pesantren inilah K.H. Hasyim melancarkan pembaharuan
sistem pendidikan keagamaan Islam tradisional, yaitu sistem musyawarah,
sehingga para santri menjadi kreatif. Ia juga memperkenalkana pengetahuan umum
dalam kurikulum pesantren, seperti Bahasa Melayu, Matematika, dan Ilmu Bumi.
Bahkan sejak 1926 ditambah dengan Bahasa Belanda dan Sejarah Indonesia.
Kiai
Cholil Bangkalan, gurunya, yang juga dianggap sebagai pemimpin spiritual para
kiai Jawa, pun sangat menghormati dirinya. Dan setelah Kiai Cholil wafat, K.H.
Hasyim-lah yang dianggap sebagai pemimpin spiritual para kiai. Menghadapi
penjajah Belanda, K.H. Hasyim menjalankan politik non-kooperatif. Banyak fatwanya
yang menolak kebijakan pemerintah kolonial. Fatwa yang paling spektakuler
adalah fatwa jihad, yaitu, “Wajib hukumnya bagi umat Islam Indonesia berperang
melawan Belanda.” Fatwa ini dikeluarkan menjelang meletusnya Peristiwa 10
November di Surabaya. Dalam paham keagamaan, pikiran yang paling mendasar
Hasyim adalah pembelaannya terhadap cara beragama dengan sistem madzhab. Paham
bermadzhab timbul sebagai upaya untuk memahami ajaran Al-Quran dan sunnah
secara benar. Pandangan ini erat kaitannya dengan sikap beragama mayoritas
muslim yang selama ini disebut Ahlussunnah wal Jama’ah.
·
K.H. Wahid Hasyim
Gus Wahid, demikian ia biasa disapa, lahir pada Jum’at 1
Juni 1914, dari pasangan K.H. Hasyim Asy`ari, pendiri NU, dan Nyai Nafiqah
binti Kiai Ilyas. Ia
anak lelaki pertama pasangan tersebut. Umur lima tahun, Wahid Hasyim mulai
belajar mengaji kepada ayahnya, dan umur tujuh tahun sudah khatam Al-Quran.
Umur l3 tahun, ia masuk pesantren di Siwalan Panji, Sidoarjo, Mojosari,
Nganjuk, dan Lirboyo. Setelah itu ia belajar sendiri berbagai ilmu pengetahuan.
Pada
umur 25 tahun ia menikah dengan Solichah binti K.H. Bisri Syansuri.
Mereka pasangan yang serasi, termasuk dalam dunia politik. Ketika sang
suami menjadi menteri, sang istri pun menjadi anggota DPR. Pasangan ini dikaruniai
enam anak, empat laki-laki dan dua perempuan. Bulan Maret 1942, Jepang
mendarat. Semua ormas dan orpol Islam dilarang, dan dibentuk MIAI. Kiai Wahid
terpilih menjadi ketuanya. Kedudukan itu, belakangan, mengantar dirinya ke
pusat perjuangan bangsa Indonesia di zaman Jepang. Ia menjadi anggota Cu Sangi
In, kemudian Dokuritsu Zombi Cosakai, hingga Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia.
K.H.
Wahid Hasyim adalah salah satu dari egaran orang yang menandatangani Piagam
Jakarta. Sikapnya yang tegas tapi luwes menjadikannya egara yang dapat diterima
oleh berbagai kalangan kendati umurnya baru sekitar 30 tahun. Suksesnya
mengintegrasikan kelasykaran golongan Islam ke dalam TRI, dan kemudian TNI,
mengantarnya menjadi penasihat Panglima Besar Soedirman hingga terjadi Clash I,
pemberontakan PKI Madiun, dan Clash II. Setelah ayahnya wafat pada 25 Juli
1947, ia mengasuh Pesantren Tebuireng.
Dalam
Kabinet Sukiman, ia menjadi menteri agama. Lima kali ia menjadi menteri. Yaitu
menteri egara dalam Kabinet Presidentil I (1945), menteri egara dalam Kabinet
Syahrir (1946-1947), menteri agama Kabinet RIS (1949- 1950), menteri agama
Kabinet Natsir (1950- 1951), dan menteri agama Kabinet Sukiman
(1951-1952).Setelah tidak menjadi menteri, ia aktif dalam Partai NU, yang saat
itu baru memisahkan diri dari Partai Masyumi.Pada 19 April 1953, ia dipanggil
ke haribaan Allah SWT dalam suatu kecelakaan lalu lintas di Cimindi, Cimahi,
Jawa Barat, dalam usia 39 tahun. Jenazah dimakamkan di Tebuireng, hari itu
juga. Dengan Keppres No. 206/1964 tertanggal 24 Agustus 1964, gelar Pahlawan
Kemerdekaan Nasional disandangkan kepada K.H. Wahid Hasyim.
·
K.H.
Abdurrahman Wahid
Saat Muktamar
Nahdlatul Ulama di Situbondo, Jawa Timur, tahun 1984, sempat terjadi suasana
yang panas. Bukan hanya karena konflik kubu Situbondo dan kubu Cipete,
melainkan juga karena kubu Situbondo terancam pecah akibat K.H. Machrus Ali,
pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, menolak K.H. Abdurrahman Wahid atau
Gus Dur menjadi ketua umum Tanfidziyah Pengurus Besar NU apabila tidak mau
melepaskan jabatannya sebagai ketua Dewan Kesenian Jakarta. Alasannya, ketua
umum PBNU tidak pantas ngurusi “kethoprak”.
Namun
ternyata Gus Dur tidak mau mundur. Ia bersikeras lebih baik tidak jadi ketua
umum PBNU daripada melepas jabatan ketua DKJ. Sikap keras Gus Dur sekilas
tampak agak menyimpang dari tradisi keulamaan NU, yakni tunduk kepada kiai.
Apalagi K.H. Machrus saat itu rais Syuriyah Pengurus Wilayah NU Jawa Timur.
Masalahnya
kemudian terselesaikan saat K.H. Achmad Sidiq dari Jember bercerita kepada K.H.
Machrus Ali. Ia bermimpi melihat K.H. Wahid Hasyim, ayah Gus Dur, berdiri di
atas mimbar. Spontan K.H. Machrus berubah, sikap mendukung Gus Dur tanpa
syarat. Ia menakwilkan mimpi itu, K.H. Wahid Hasyim merestui Gus Dur.
Sekalipun
lebih tua, K.H. Machrus tawadhu kepada K.H. Wahid Hasyim, karena K.H. Wahid
Hasyim adalah putra Hadratusy Syaikh K.H. Hasyim Asy`ari, pendiri NU dan
gurunya.
Akhirnya Gus
Dur terpilih sebagai ketua umum PBNU, dan pada dua muktamar berikutnya ia
kembali terpilih sebagai ketua umum. Maka selama lima belas tahun (1984-1999)
NU berada dalam kendali Gus Dur.
Kejadian di
tahun 1984 itu menunjukkan kuatnya tradisi keulamaan di tubuh NU. Dua pilar
dalam tradisi itu adalah nasab, yaitu atas dasar hubungan darah, dan hubungan
patronase kiai-santri atau guru-murid.
Gus Dur
memiliki nasab yang sangat kuat, baik dari jalur ayah maupun ibu. Selain cucu
K.H. Hasyim Asy-ari dari jalur ayah, ia pun cucu K.H. Bisri Syansuri dari jalur
ibu. K.H. Bisri Syansuri, rais am ketiga NU dan pengasuh Ponpes Denanyar,
Jombang, adalah ayahanda Hj. Solichah Wahid Hasyim, ibunda Gus Dur.
Dalam
hubungan patronase kiai-santri, Ponpes Tebuireng merupakan ”kiblat”, khususnya
semasa K.H. Hasyim Asy`ari. Banyak kiai besar yang belajar di Tebuireng. Dalam
tradisi keulamaan NU, penghormatan seorang santri kepada putra kiainya sama
dengan kepada kiainya. Bahkan, sampai kepada cucu kiainya. Karena itu, putra
atau cucu kiai dipanggil “Gus”.
Wajar
jika Gus Dur memiliki superioritas tinggi di mata nahdliyin. Apalagi, ia juga
memiliki kemampuan keilmuan yang dipandang sangat tinggi di antara para tokoh
NU. Meskipun tidak dikenal sebagai spesialis dalam salah satu atau bebrapa
cabang ilmu keislaman, ia sangat menguasai kitab kuning, juga kitab-kitab
kontemporer yang disusun para ulama di masa belakangan. Selain mumpuni dalam
ilmu-ilmu agama, ia pun menguasai berbagai ilmu lain dengan wawasan yang sangat
luas.
Di masa
Gus Dur, pamor NU terus menaik. Ia berhasil membawa NU menjadi kekuatan yang
berskala nasional sebagai pengimbang kekuasaan, yang waktu itu tak terimbangi
oleh siapa pun. Setelah sebelumnya kurang diperhitungkan, kecuali di saat-saat
pemilu, NU kemudian berubah menjadi betul-betul dikenal dan dihormati banyak
pihak, baik dari dalam maupun luar negeri. Jika sebelumnya jarang dibicarakan
orang, dalam waktu singkat NU berubah menjadi obyek studi dari banyak sarjana
di mana-mana. Semua itu tak dapat dilepaskan dari peran Gus Dur, baik sebagai
ketua umum PBNU maupun sebagai pribadi dalam berbagai kapasitasnya.
Ya, Gus Dur
memang punya kharisma yang besar di mata para kiai, apalagi di depan umatnya.
Umat NU ketika itu sedang mencari tokoh yang menjadi jendela menuju dunia
modern. Ada kebanggaan di kalangan NU terhadap Gus Dur, karena ia membawa
pesantren dan NU ke dunia luar yang luas. Ia membuka masyarakat NU untuk sadar
bahwa kita hidup dalam dunia global.
Sejak
di bawah kepemimpinan Gus Dur, peran NU sebagai jam`iyyah maupun peran
tokoh-tokohnya sebagai individu dari waktu ke waktu semakin kuat dan terus
meluas, termasuk dalam politik. Meskipun secara resmi NU telah menyatakan diri
kembali ke khiththah dan tidak lagi berpolitik praktis, pengaruh politiknya tak
pernah surut, bahkan semakin menguat. Tokoh-tokoh NU yang terlibat di pentas
politik, meskipun tidak mengatasnamakan NU, semakin banyak.
Munculnya PKB
dan partai-partai baru lainnya sangat mengandalkan dukungan warga NU.
Dinamika
politik kemudian terus bergulir. Hanya berselang setahun tiga bulan setelah
pendirian PKB, akhirnya pada bulan Oktober 1999 Gus Dur terpilih sebagai
presiden RI yang keempat melalui pemilihan langsung yang dramatis di MPR.
Itulah puncak karier NU di pentas politik.
B.
Pesantren
Sukorejo dan KH. As’ad Syamsul Arifin
a. Sejarah
Pesantren
yang berdiri di Sukorejo ini, pada awalnya adalah sebuah hutan lebat. Setelah
mendapat saran dari Habib Musawa dan Kiai Asadullah dari Semarang, Kiai Syamsul
Arifin, sebagai pendiri pondok, segera membabat hutan lebat tersebut sekitar
tahun 1908 untuk mendirikan pesantren. Dipilihnya hutan yang banyak dihuni
binatang buas tersebut, berdasarkan hasil istikharah . Kini pesantren tersebut
telah menjadi agen pembangunan bagi masyarakat sekitarnya. Sosoknya tidak
seperti œmenara gadingâ, tetapi justru terbuka dan menyatu dengan masyarakat
sekitarnya. Tak heran, kalau masyarakat Situbondo merasakan manfaat atas
kehadiran pondok pesantren ini.
PP Pondok
Pesantren Salafiyah Safi’iyah Sukorejo berlokasi di desa Sukorejo Kecamatan
Banyuputih didirikan tahun 1914 oleh Kiai Syamsul Arifin. Pondok pesantren ini
menempati areal seluas 11,9 ha. Ciri khas pondok ini adalah perpaduan antara
sistem salaf dan modern. Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah sudah sangat
berkembang dengan jumlah santri mencapai kurang lebih 15000.
Para santri
berasal dari seluruh Indonesia dan juga terdapat santri dari Singapura,
Malasyia, dan Brunei Darussalam. Lembaga pendidikan yang dikembangkan di
pesantren ini mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Saat ini
pondok Pesantren Salafiyah Safi’iyah di asuh oleh KHR. ACHMAD FAWAID AS’AD
b. KH.
As’ad Syamsul Arifin
Kiai As’ad lahir tahur 1897 di Mekah ketika
orangtuanya menunaikan ibadat haji.
Pendidikan: belajar di Pondok Tebuireng pimpinan K.H. Hasyim Asyari, PP Demangan Bangkalan asuhan KH. Syaikhona Cholil, PP Panji, Buduran, PP Tetango Sampang, PP Sidogiri Pasuruan, belajar di Mekkah selama 3 tahun berguru pada Sayyid Muhammad Amin Al-Qutby, Syekh Hasan Al-Massad, Sayyid Hasan Al-Yamani dan Syekh Abbas Al-Maliki, serta beberapa ulama besar lainnya.
Pendidikan: belajar di Pondok Tebuireng pimpinan K.H. Hasyim Asyari, PP Demangan Bangkalan asuhan KH. Syaikhona Cholil, PP Panji, Buduran, PP Tetango Sampang, PP Sidogiri Pasuruan, belajar di Mekkah selama 3 tahun berguru pada Sayyid Muhammad Amin Al-Qutby, Syekh Hasan Al-Massad, Sayyid Hasan Al-Yamani dan Syekh Abbas Al-Maliki, serta beberapa ulama besar lainnya.
Organisasi/karir: Setelah pemilu 1955, Kyai
As’ad menjadi anggota konstituante sampai tahun 1959, Pada tahun 1971, Kyai
As’ad menjadi DPRD Kabupaten Situbondo dan pada tahun 1977 beliau mendukuAs’ad
Samsul Arifin atau dikenal dengan sebutan Kiai Haji Raden As’ad Samsul Arifin
(lahir pada tahun 1897 di Mekah – meninggal 4 Agustus 1990 di Situbondo pada umur 93 tahun) adalah pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah di Desa Sukorejo, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo. Ia adalah ulama besar sekaligus tokoh dari Nahdlatul Ulama dengan jabatan terakhir sebagai Dewan
Penasihat (Musytasar) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama hingga akhir
hayatnya.[1][4] Ia adalah penyampai pesan (Isyarah) yang berupa
tongkat disertai ayat al-Qur’an dari K.H. Kholil
Bangkalan untuk K.H. Hasyim Asy’ari, yang merupakan cikal bakal berdirinya
Nahdlatul Ulama.
Pendidikan
Sebagai anak seorang ulama, sejak kecil Kiai As’ad sudah
mendapat pendidikan agama yang diajarkan langsung oleh ayahnya.[1] Setelah beranjak remaja, ia dikirim ayahnya untuk
belajar di Pondok Pesantren Banyuanyar, Pamekasan, sebuah pesantren tua yang
didirikan oleh K.H. Itsbat
Hasan pada tahun 1785[1] Di Pondok Pesantren tersebut, Kiai As’ad diasuh oleh
K.H. Abdul Majid dan K.H. Abdul Hamid, keturunan dari K.H. Itsbat.[1]
Setelah tiga tahun belajar di Pesantren Banyuanyar
(1910-1913), ia kemudian dikirimkan ayahnya ke Mekah untuk menunaikan ibadah
haji dan melanjutkan belajarnya di sana.[1] Di Mekah, ia masuk ke Madrasah Shalatiyah, sebuah madrasah yang sebagian besar murid dan
guru-gurunya berasal dari al-Jawi (Melayu).[1] Ia belajar ilmu-ilmu keislaman kepada ulama-ulama
terkenal, baik yang berasal dari al-Jawi (Melayu) maupun dari Timur Tengah.[1]
Syeikh Abbas al-Maliki
Syeikh Hasan al-Yamani
Syeikh Muhammad Amin al-Quthbi
Syeikh Hasan al-Massad
Syeikh Syarif as-Sinqithi
Setelah beberapa tahun belajar di Mekah, Kiai As’ad
kemudian pulang ke Indonesia.[1] Setelah sampai di kampungnya, ia tidak langsung mengajar
di pesantren ayahnya, Kiai As’ad memutuskan untuk memperdalam ilmunya dan
melanjutkan belajarnya. [1] Ia pergi ke berbagai pesantren dan singgah dari
pesantren satu ke pesantren lain, baik untuk belajar maupun hanya untuk ngalaf
barakah (mengharap berkah) dari para kiai.[1]
Pada tahun 1908, setelah pindah ke Situbondo, Kiai As’ad
dan ayahnya beserta para santri yang ikut datang dari Madura membabat alas
(menebang hutan) di Dusun Sukorejo untuk didirikan pesantren dan perkampungan.[2][3] Pemilihan tempat tersebut atas saran dua ulama terkemuka
asal Semarang, Habib Hasan Musawa dan Kiai Asadullah.[2]
Usaha Kiai As’ad dan ayahnya tersebut akhirnya terwujud.[3] Sebuah pesantren kecil yang hanya terdiri dari beberapa
gubuk kecil, mushala, dan asrama santri yang saat itu masih dihuni beberapa
orang saja.[3]
Sejak tahun 1914, pesantren tersebut berkembang bersamaan
dengan datangnya para santri dari berbagai daerah sekitar.[3] Pesantren tersebutlah yang akhirnya dikenal dengan nama
Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah.[3]
Setelah K.H. Samsul Arifin meninggal pada tahun 1951,
pondok pesantren tersebut ganti diasuh oleh Kiai As’ad.[1] Di bawah kepemimpinan Kiai As’ad, Pondok Pesantren
Salafiyah Syafi’iyah berkembang semakin pesat, dengan bertambahnya santri
hingga mencapai ribuan.[1] Kemudian, lembaga pendidikan dari pesantren tersebut
akhirnya semakin diperluas, tanpa meninggalkan sistem lama yang menunjukkan
ciri khas pesantren.[1] Pesantren tersebut mendirikan Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah, kemudian didirikan pula sekolah umum seperti SMP, SMA,
dan SMEA
c. Fenomena KIAI AS’AD SYAMSUL ARIFIN
Sosok
sederhana dan hobinya blusukan ini,
memang memiliki keperibadian yang kuat: istiqamahy jujur,
berani dan tidak suka menonjol. Karena ketawadhuannya,
banyak gagasan-gagasan Kiai As’ad Syamsul Arifin yang tidak terkomunikasikan
dengan baik selama itu. Ada karya-karya tulis beliau yang hanya ditulis tangan,
atau kemudian difotocopy, untuk
kalangan terbatas. Namun sejak Pesantren Sukorejo, yang diwariskan oleh
ayahnya, KH Syamsul Arifin ini mulai terbuka, bahkan puncaknya adalah ketika
diadakan Munas dan Muktamar yang dihadiri Presiden Soeharto (1984), maka
mulailah masyarakat mengetahui peran Kiai As’ad dalam bidang-bidang pendidikan,
dakwah, sosial dan politik, khususnya di wilayah yang diberi nama “tapal kuda”.
Kawasan tersebut dikenal sebagai daerah migran suku Madura yang secara
emosional sangat dekat dengan Kiai As’ad Syamsul Arifin.
Pada masa
perjuangan pra kemerdekaan, peran Kiai As’ad Syamsul Arifin tidak dapat
dimungkiri siapapun. As’ad muda kala itu, meski berperawakan kurus dan
cenderung pendiam, namun dikenal sebagai lelaki pemberani dan berwibawa. Kiai
As’ad menggunakan tenaga preman ini—setelah didakwahi—untuk bersama melakukan
perlawanan fisik kepada penjajah Belanda.
Habib Hadi
Al-Haddar dari Bondowoso memberikan kesaksian: betapa berani As’ad muda, beliau
seperti kehilangan “urat takutnya ketika berada di Kalisat (Jember) merampas
senjata penjajah Belanda di gudang amunisi. Operasi gerilya yang mengandung
resiko tinggi dengan tantangan maut ini hanya dilakukan dua orang: Kiai As’ad
dan teman dekatnya Habib Hadi tadi. Dan pada agresi sekutu menjelang
Kemerdekaan tahun 1945, Kiai As’ad seperti
dituturkan
Habib Hadi memimpin penyerbuan terhadap kantong-kantong pertahanan Belanda.
BISA MUNCUL DI BANYAK
TEMPAT
Lebih
jauh, KH Fawaid bahkan menceritakan, ada kisah lain yang mengisyaratkan bahwa
KH As’ad memang bukanlah ulama sembarangan. Kisah itu terjadi pada saat Kiai
Mujib (teman KH As’ad) diajak KH As’ad menghadiri delapan acara walimah haji
yang berada di luar kota.
Keduanya pun
berangkat dari rumah, sekitar pukul 20.30 WIB. Namun anehnya, Kiai Mujib baru
merasakan keajaiban yang dialaminya setelah kembali ke Sukorejo. Dia kaget
lantaran delapan lokasi acara walimah haji yang didatangi oleh KH As’ad
ternyata hanya ditempuh dalam waktu dua jam.
“Padahal,
perjalanan pulang pergi aja memerlukan waktu dua jam, sementara mereka harus
mengunjungi delapan kali acara yang tempatnya masing-masing sangat berjauhan.
Ini belum lagi dihitung waktu KH As’ad memberi ceramah dan jamuan makan, yang
tentu saja memakan waktu tidak sebentar. Ini ajaib. Mana mungkin perjalanan
yang seharusnya memakan waktu dua jam plus semua acara yang tempatnya saling
berjauhan dan memakan waktu berjam-jam itu, bisa dilakukan hanya dengan dua
jam?” ungkap KH Fawaid.
Kiai Mujib
pun mengemukakan kebingungannya itu kepada sopir KH As’ad, H Abdul Aziz.
“Iya..ya, kenapa bisa begitu?” katanya sambil berulang kali melihat jam tangannya untuk meyakinkan diri bahwa saat itu memang baru pukul 22.30 WIB.
“Iya..ya, kenapa bisa begitu?” katanya sambil berulang kali melihat jam tangannya untuk meyakinkan diri bahwa saat itu memang baru pukul 22.30 WIB.
“Usut punya
usut, seminggu kemudian. Di Sukorejo, Haji Aziz akhirnya memperoleh info
mengenai keributan yang hampir saja terjadi di antar pemilik delapan acara
walimah tersebut karena masing-masing ngotot didatangi kiai pada saat yang
bersamaan. Akhirnya, mereka sama-sama heran, sebab masing-masing mempunyai
bukti berupa foto ketika kiai berada di rumah-rumah mereka,” imbuh KH Fawaid.
Peristiwa
seperti itu tampaknya juga pernah dialami sendiri oleh KH As’ad ketika muda.
Dia heran, ada kiai yang menjadi imam salat Jumat di tiga masjid dalam waktu
yang bersamaan. Menurut kisah, KH As’ad bermakmum saat salat Jumat dengan imam
Kiai Asadullah di Masjid Besuki. Bupati Situbondo, yang mendengar hal itu,
membantah dan sambil ngotot mengatakan bahwa Kiai Asadullah hari itu mengimmi
salat Jumat di Situbondo, bahkan sang bupati mengaku berdiri tepat di
belakangnya. Penghulu Asembagus yang kebetulan mendengar pertikaian itu, malah
menimpali bahwa Kiai Asadullah menjadi imam masjid di daerahnya.
C.
Masjid Tiban Turen
Malang
a.
Sejarah
Masjid
Ajaib atau juga Masjid Tiban atau Masjid Jin adalah sebenarnya Pondok Pesantren
Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah yang terletak di Turen,
Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali
Fadlaailir Rahmah (Bi Ba’a Fadlrah). Nama yang cukup panjang yang mempunyai
makna Laut Madu atau, “Fadilah Rohmat” (Segarane, Segara, Madune, Fadhole
Rohmat-terjemahan Bahasa Jawa).
Disebut
Masjid tiban karena Konon masjid yang sangat megah ini dibangun tanpa
sepengetahuan warga sekitar, dan menurut mitos dibangun oleh jin dalam waktu
hanya semalam. Namun, ketika desas-desus ini dikonfirmasi kepada “orang dalam”,
dikatakan bahwa pembangunan masjid – yang sebenarnya merupakan kompleks pondok
pesantren secara keseluruhan – semua bersifat transparan karena dikerjakan oleh
santri dan jamaah.
Bantahan dari “orang dalam” itu jelas sekali terpampang di depan meja penerima tamu dengan tulisan besar-besar, “Apabila ada orang yang mengatakan bahwa ini adalah pondok tiban (pondok muncul dengan sendirinya), dibangun oleh jin dsb., itu tidak benar. Karena bangunan ini adalah Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah yang murni dibangun oleh para santri dan jamaah.”
Pondok Pesantren tersebut konon mulai dibangun pada tahun 1978 oleh Romo Kiai Haji Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam, atau yang akrab disapa Romo Kiai Ahmad. Bangunan utama pondok dan masjid tersebut sudah mencapai 10 lantai, tingkat 1 sampai dengan 4 digunakan sebagai tempat kegiatan para Santri Pondokan, lantai 6 seperti ruang keluarga, sedangkan lantai 5, 7, 8 terdapat toko-toko kecil yang di kelola oleh para Santriwati (Santri Wanita), berbagai macam makanan ringan dijual dengan harga murah, selain itu ada juga barang-barang yang dijual berupa pakaian Sarung, Sajadah, Jilbab, Tasbih dan sebagainya.
Tak hanya unik, di dalam ponpes tersebut juga tersedia kolam renang, dilengkapi perahu yang hanya khusus untuk dinaiki wisatawan anak-anak. Di dalam komplek ponpes itu juga terdapat berbagai jenis binatang seperti kijang, monyet, kelinci, aneka jenis ayam dan burung.
Arsitek dari pembangunan ponpes ini bukanlah seseorang yang belajar dari ilmu arsitektur perguruan tinggi, melainkan hasil dari istikharah pemilik pondok, KH Achmad Bahru Mafdloludin Sholeh. Karenanya, bentuknya menjadi sangat unik, seperti perpaduan timur tengah, china dan modern. Untuk pembangunannya pun tidak menggunakan alat-alat berat dan modern seperti halnya untuk membangun gedung bertingkat. Semuanya dikerjakan oleh para santri yang berjumlah 250 orang dan beberapa penduduk di sekitar pondok. Romo Kiai sudah mulai membangun pondok dengan material apa adanya. Contohnya, waktu itu adanya baru batu merah saja maka batu merah itulah yang dipasang dengan luluh (adonan) dari tanah liat (lumpur atau ledok).
Bantahan dari “orang dalam” itu jelas sekali terpampang di depan meja penerima tamu dengan tulisan besar-besar, “Apabila ada orang yang mengatakan bahwa ini adalah pondok tiban (pondok muncul dengan sendirinya), dibangun oleh jin dsb., itu tidak benar. Karena bangunan ini adalah Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah yang murni dibangun oleh para santri dan jamaah.”
Pondok Pesantren tersebut konon mulai dibangun pada tahun 1978 oleh Romo Kiai Haji Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam, atau yang akrab disapa Romo Kiai Ahmad. Bangunan utama pondok dan masjid tersebut sudah mencapai 10 lantai, tingkat 1 sampai dengan 4 digunakan sebagai tempat kegiatan para Santri Pondokan, lantai 6 seperti ruang keluarga, sedangkan lantai 5, 7, 8 terdapat toko-toko kecil yang di kelola oleh para Santriwati (Santri Wanita), berbagai macam makanan ringan dijual dengan harga murah, selain itu ada juga barang-barang yang dijual berupa pakaian Sarung, Sajadah, Jilbab, Tasbih dan sebagainya.
Tak hanya unik, di dalam ponpes tersebut juga tersedia kolam renang, dilengkapi perahu yang hanya khusus untuk dinaiki wisatawan anak-anak. Di dalam komplek ponpes itu juga terdapat berbagai jenis binatang seperti kijang, monyet, kelinci, aneka jenis ayam dan burung.
Arsitek dari pembangunan ponpes ini bukanlah seseorang yang belajar dari ilmu arsitektur perguruan tinggi, melainkan hasil dari istikharah pemilik pondok, KH Achmad Bahru Mafdloludin Sholeh. Karenanya, bentuknya menjadi sangat unik, seperti perpaduan timur tengah, china dan modern. Untuk pembangunannya pun tidak menggunakan alat-alat berat dan modern seperti halnya untuk membangun gedung bertingkat. Semuanya dikerjakan oleh para santri yang berjumlah 250 orang dan beberapa penduduk di sekitar pondok. Romo Kiai sudah mulai membangun pondok dengan material apa adanya. Contohnya, waktu itu adanya baru batu merah saja maka batu merah itulah yang dipasang dengan luluh (adonan) dari tanah liat (lumpur atau ledok).
b. Tujuan
Untuk Dibangun
Masjid ini selain sebagai tempat ibadah juga sebagai pemersatu umat Islam dalam mengkaji Islam. Karena selain berfungsi sebagai masjid, tempat ini juga sebagai pondok pesantren yang berfungsi untuk mempelajari Islam secara dalam. Bangunannya yang indah dan megah membuat banyak orang yang datang untuk berkunjung ke masjid Turen ini. Mereka mengaggumi kuasa sang pencipta, karena atas hidayahnya yang telah diberikan kepada para pendiri dan masyarakat sekitar masjid ini dapat berdiri kokoh. Dengan adanya masjid itu, banyak masyarakat yang mendalami islam secara baik.
Masjid ini selain sebagai tempat ibadah juga sebagai pemersatu umat Islam dalam mengkaji Islam. Karena selain berfungsi sebagai masjid, tempat ini juga sebagai pondok pesantren yang berfungsi untuk mempelajari Islam secara dalam. Bangunannya yang indah dan megah membuat banyak orang yang datang untuk berkunjung ke masjid Turen ini. Mereka mengaggumi kuasa sang pencipta, karena atas hidayahnya yang telah diberikan kepada para pendiri dan masyarakat sekitar masjid ini dapat berdiri kokoh. Dengan adanya masjid itu, banyak masyarakat yang mendalami islam secara baik.
D.
UIN MALANG
a.
Profil Universitas
Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang berdiri berdasarkan Surat Keputusan
Presiden No. 50 tanggal 21 Juni 2004. Bermula dari gagasan para tokoh Jawa
Timur untuk mendirikan lembaga pendidikan tinggi Islam di bawah Departemen
Agama, dibentuklah Panitia Pendirian IAIN Cabang Surabaya melalui Surat
Keputusan Menteri Agama No. 17 Tahun 1961 yang bertugas untuk mendirikan
Fakultas Syari’ah yang berkedudukan di Surabaya dan Fakultas Tarbiyah yang
berkedudukan di Malang. Keduanya merupakan fakultas cabang IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta dan diresmikan bersamaan oleh Menteri Agama pada 28 Oktober 1961.
Pada 1 Oktober 1964 didirikan juga Fakultas Ushuluddin yang berkedudukan di
Kediri melalui Surat Keputusan Menteri Agama No. 66/1964.
Dalam
perkembangannya, ketiga fakultas cabang tersebut digabung dan secara struktural
berada di bawah naungan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel yang
didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama No. 20 tahun 1965. Sejak
saat itu, Fakultas Tarbiyah Malang merupakan fakultas cabang IAIN Sunan Ampel.
Melalui Keputusan Presiden No. 11 Tahun 1997, pada pertengahan 1997 Fakultas
Tarbiyah Malang IAIN Sunan Ampel beralih status menjadi Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Malang bersamaan dengan perubahan status kelembagaan semua
fakultas cabang di lingkungan IAIN se-Indonesia yang berjumlah 33 buah. Dengan
demikian, sejak saat itu pula STAIN Malang merupakan lembaga pendidikan tinggi
Islam otonom yang lepas dari IAIN Sunan Ampel.
Di dalam
rencana strategis pengembangannya sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis
Pengembangan STAIN Malang Sepuluh Tahun ke Depan (1998/1999-2008/2009), pada
paruh kedua waktu periode pengembangannya STAIN Malang mencanangkan mengubah
status kelembagaannya menjadi universitas. Melalui upaya yang sungguh-sungguh
usulan menjadi universitas disetujui Presiden melalui Surat Keputusan Presiden
RI No. 50, tanggal 21 Juni 2004 dan diresmikan oleh Menko Kesra Prof. H. A.
Malik Fadjar, M.Sc atas nama Presiden pada 8 Oktober 2004 dengan nama
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang dengan tugas utamanya adalah
menyelenggarakan program pendidikan tinggi bidang ilmu agama Islam dan bidang
ilmu umum. Dengan demikian, 21 Juni 2004 dijadikan sebagai hari kelahiran
Universitas ini.
Sempat
bernama Universitas Islam Indonesia-Sudan (UIIS) sebagai implementasi kerjasama
antara pemerintah Indonesia dan Sudan dan diresmikan oleh Wakil Presiden RI,
Dr. (Hc) H. Hamzah Haz pada 21 Juli 2002 yang juga dihadiri oleh para pejabat
tinggi pemerintah Sudan. Secara spesifik akademik, Universitas ini
mengembangkan ilmu pengetahuan tidak saja bersumber dari metode-metode ilmiah
melalui penalaran logis seperti observasi, eksperimentasi, survei, wawancara,
dan sebagainya. Tetapi, juga dari al-Qur’an dan Hadits yang selanjutnya disebut
paradigma integrasi. Oleh karena itu, posisi matakuliah studi keislaman:
al-Qur’an, Hadits, dan Fiqih menjadi sangat sentral dalam kerangka integrasi
keilmuan tersebut.
b.
Ciri Khusus UIN
Malang
Ciri
khusus lain Universitas ini sebagai implikasi dari model pengembangan
keilmuannya adalah keharusan bagi seluruh anggota sivitas akademika untuk
menguasai bahasa Arab dan bahasa Inggris. Melalui bahasa Arab, diharapkan
mereka mampu melakukan kajian Islam melalui sumber aslinya, yaitu al-Qur’an dan
Hadis, dan melalui bahasa Inggris mereka diharapkan mampu mengkaji ilmu-ilmu
umum dan modern, selain sebagai piranti komunikasi global. Karena itu pula,
Universitas ini disebut bilingual university. Untuk mencapai maksud terse-but,
dikembangkan ma’had atau pesantren kampus di mana seluruh mahasiswa tahun
pertama harus tinggal di ma’had. Karena itu, pendidikan di Universitas ini
merupakan sintesis antara tradisi universitas dan ma’had atau pesantren.
Melalui
model pendidikan semacam itu, diharapkan akan lahir lulusan yang berpredikat
ulama yang intelek profesional dan/atau intelek profesional yang ulama. Ciri
utama sosok lulusan demikian adalah tidak saja menguasai disiplin ilmu
masing-masing sesuai pilihannya, tetapi juga menguasai al-Qur’an dan Hadis
sebagai sumber utama ajaran Islam.
c.
Fakultas UIN Malang
Secara
kelembagaan, sampai saat ini Universitas ini memiliki 6 (enam) fakultas dan 1
(satu) Program Pascasarjana, yaitu: (1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
menyelenggarakan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), dan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI),
(2) Fakultas Syari’ah, menyelenggarakan Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah dan
Hukum Bisnis Syari’ah (3) Fakultas Humaniora, menyelenggarakan Jurusan Bahasa
dan Sastra Arab, dan Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, dan Jurusan Pendidikan
Bahasa Arab (4) Fakultas Ekonomi, menyelenggarakan Jurusan Manajemen,
Akuntansi, Diploma III Perbankan Syariah, dan S-1 Perbankan Syariah (5)
Fakultas Psikologi, dan (6) Fakultas Sains dan Teknologi, menyelenggarakan
Jurusan Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, Teknik Informatika, Teknik
Arsitektur dan Farmasi. Adapun Program Pascasarjana mengembangkan 6 (enam)
program studi magister, yaitu: (1) Program Magister Manajemen Pendidikan Islam,
(2) Program Magister Pendidikan Bahasa Arab, (3) Program Magister Agama Islam,
(4) Program Magister Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), (5) Program
Magister Pendidikan Agama Islam, dan (6) Program Magister al-Ahwal
al-Syakhshiyyah. Sedangkan untuk program doktor dikembangkan 2 (dua) program
yaitu (1) Program Doktor Manajemen Pendidikan Islam dan (2) Program Doktor
Pendidikan Bahasa Arab.
E.
Tanah Lot
a.
Lokasi
Objek wisata tanah lot terletak di Beraban, Kediri, Tabanan, sekitar 13 kilometer di sebelah selatan Kota
Tabanan.Di sebelah
utara Pura Tanah Lot, sebuah pura lain yang dibangun di atas tebing yang
menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan Pura dengan daratan dan berbentuk
seperti jembatan (melengkung). Pura ini disebut Pura Karang Bolong.
Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa, yaitu Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu, penguasa Tanah Lot yang
bernama Bendesa Beraben merasa iri kepadanya karena para pengikutnya mulai
pergi untuk mengikuti Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben kemudian menyuruh
Danghyang Nirartha meninggalkan Tanah Lot. Danghyang Nirartha menyanggupi,
tetapi sebelumnya ia dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah
pantai (bukan ke tengah laut) dan membangun pura di sana. Ia juga mengubah
selendangnya menjadi ular penjaga pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan
secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri
berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun 3
kali lebih kuat dari ular cobra. Akhirnya disebutkan bahwa Bendesa Beraben
menjadi pengikut Danghyang Nirartha.
b.
Pura Tanah Lot
Terdapat
8 pura suci yang ada disekitar area Tanah Lot, masing-masing dengan fungsi dan
tujuan sendiri.
1) Pura
Penataran
– berlokasi di bagian utara dari Pura Tanah Lot, pura untuk memuja Tuhan dan
manifestasi-NYA untuk kebahagiaan dan kesejahteraan.
2) Pura
Penyawang
– berlokasi di bagian barat dari Pura Penataran, ini adalah tempat alternatif
untuk bersembahyang karena pada saat air laut pasang orang-orang yang ingin
bersembahyang tidak bisa naik dan masuk ke Pura Tanah Lot.
3) Pura
Jero Kandang
– berlokasi sekitar 100 meter di sebelah barat Pura Penyawang, pura ini
dibangun untuk memohon kepada Tuhan agar diberikan kesejahteraan dan
keselamatan bagi ternak dan tanaman.
4) Pura
Enjung Galuh
– berlokasi dekat dengan Pura Jero Kandang, pura ini dibangun untuk memuja Dewi
Sri untuk kesuburan tanah dan pertanian.
5) Pura
Batu Bolong
– berlokasi sekitar 100 meter disebelah barat Pura Enjung Galuh, pura ini
digunakan pada saat upacara Melasti atau upacara penyucian.
6) Pura
Batu Mejan
– berlokasi kurang lebih 100 meter pada bagian barat Pura Batu Bolong, Pura
Batu Mejan juga disebut Pura Beji. Beji berarti mata air dalam bahasa Bali,
masyarakat percaya bahwa air suci dari mata air ini bisa menyucikan segala
sesuatu dari keburukan atau unsur-unsur negatif.
7) Monumen
Tri Antaka
– Monumen ini dibuat untuk menghormati 3 pahlawan Bali, yaitu: I gusti Ketut
Kereg, I Wayan Kamias dan I Nyoman Regug, yang telah
berperang untuk mempertahankan pulau Bali dari penjajah tentara NICA
(Netherlands Indies Civil Administration) pada Juni 1946 di kawasan Tanah Lot.
8) Pura
Pakendungan
– Berlokasi di bagian Barat kira-kira 300 meter dari Pura Tanah Lot. Di Pura
Pekendungan inilah tempat dimana Dang Hyang Nirartha bermeditasi dan juga
ditempat inilah keris sakti Jaramenara diberikan kepada Bendesa Beraban Sakti
c.
Sejarah Pura Tanah
Lot
Sejarah
berdirinya Pura Tanah Lot sangat erat kaitannya dengan perjalanan suci dari
Blambangan (pulau Jawa) ke Pulau Bali dari seorang pendeta suci yang bernama DangHyang
Nirartha untuk menyebarkan agama Hindu di pulau dewata, masyarakat juga
menyebut Beliau dengan sebutan DangHyang Dwijendra atau Pedanda Sakti
Wawu Rauh. Pemimpin (Raja) di Bali pada saat itu adalah Raja Dalem
Waturenggong sekitar abad ke-16 Masehi.
Di dalam Dwijendra
Tatwa di jelaskan suatu ketika Dang Hyang Nirartha kembali ke Pura Rambut
Siwi dalam perjalanannya ke pulau Bali, dimana Beliau pertama kali tiba di
Bali dari Blambangan pada tahun Saka 1411 atau 1489 Masehi, Beliau telah
berhenti di Pura Rambut Siwi ini. Ketika berada di Pura ini untuk beberapa
saat, kemudian Beliau melanjutkan perjalanannya menuju Timur (Purwa) dan
sebelum meninggalkan tempat itu Beliau menyempatkan diri untuk melakukan
upacara “Surya Cewana” dengan masyarakat disekitar sana, setelah
memercikkan air suci (tirtha) kepada masyarakat yang ikut bergabung dalam
persembahyangan kemudian Beliau meninggalkan pura dan berjalan melanjutkan
perjalanan ke Timur, perjalanan Beliau melewati pesisir pantai selatan pulau
Bali dan diikuti oleh beberapa pengikut setia Beliau.
d.
Ular Suci Tanah Lot
dan Mitos
Keunikan
dari Tanah Lot adalah terkait dengan mitos dari masyarakat setempat tentang
ular suci yang ada di Pura Tanah Lot, ular suci Tanah Lot dipercaya sebagai
penjaga dan penyelamat dari Pura Tanah Lot dari serangan-serangan jahat yang
mengganggu kesucian pura. Jenis ular itu dari bahasa Latin bernama Bungarus
Candidus, ular laut yang sangat berbisa dan berbahaya, pada tubuhnya
mempunyai warna hitam dan putih melingkar. Ular suci ini akan menyerang siapa
saja yang ingin berbuat jahat dan ingin merusak keberadaan dan kesucian Pura
Tanah Lot, tetapi meskipun begitu ular suci ini akan tetap diam dan tenang di
dalam goa yang terdapat di sudut karang yang ada di dekat Pura Tanah Lot, bahkan
pengunjung pun bisa menyentuh dan mengelus-elus ular suci ini tanpa khawatir
akan serangan balik dari ular ini dan tentu saja kita akan ditemani oleh
seseorang yang mengerti akan karakter dari ular suci ini. Masyarakat setempat
juga mempercayai dengan menyentuh ular suci ini sambil berdoa maka apa yang
kita inginkan akan terkabulkan, sebuah mitos yang boleh dipercaya atau tidak.
F.
Danau Bedugul
a.
Lokasi
Bedugul adalah sebuah daerah atau kawasan
wisata yang terletak di desa Candikuning, kecamatan Bedugul, kabupaten Tabanan. Terletak kira-kira 54 km dari kota Denpasar, Bedugul adalah sebuah daerah
pegunungan yang mempunyai udara yang sejuk dengan pemandangan yang indah dari
danau Beratan/Bratan yang membuat daerah ini menjadi tempat wisata yang menarik
dan terkenal yang wajib dikunjungi di Bali dan salah satu tujuan wisata yang
terbaik di pulau Dewata yang dikunjungi oleh ribPura Ulun Danu Beratan adalah
sebuah tempat suci umat Hindu yang terletak di ujung danau Beratan, yang berada di kawasan wisata Bedugul, desa Candikuning, kecamatan Baturiti, kabupaten Tabanan, Bali. Dengan jarak tempuh kira-kira 56 km
dari kota Denpasar dengan melewati jalan raya Denpasar – Singaraja, pura
Ulun Danu Bratan adalah sebuah pura suci Hindu yang sangat terkenal di pulau Bali dan ketika air danau Bratan ini naik/pasang
maka pura Ulun Danu akan terlihat seperti mengambang diatas air.
b. Sejarah Pura Ulun
Sejarah pura Ulun Danu Bratan ini dapat diketahui berdasarkan data
arkeologi dan data sejarah yang terdapat pada lontar babad Mengwi.
Berdasarkan data arkeologi yang terdapat dan berlokasi pada halaman depan pura
Ulun Danu Bedugul ini adalah terdapat peninggalan benda-benda bersejarah
seperti sebuah Sarkofagus batu dan papan batu yang diperkirakan telah ada sejak
zaman megalitikum, sekitar 500 tahun sebelum Masehi. Kedua artefak tersebut
sampai sekarang diletakkan di halaman teras (babaturan) pura Ulun Danu.
Dapat diperkirakan lokasi di Pura Ulun Danu Beratan ini telah digunakan
sebagai tempat untuk mengadakan ritual sejak jaman tradisi megalitikum di pulau dewata.
Berdasarkan dari Babad Mengwi, I Gusti
Agung Putu sebagai pendiri dari kerajaan Mengwi telah mendirikan pura yang
berada di ujung danau Beratan sebelum beliau mendirikan pura Taman Ayun,
tidak dijelaskan dalam lontar babad Mengwi kapan tepat nya beliau mendirikan
Pura Ulun Danu Beratan, tetapi dijelaskan tentang pendirian pura Taman Ayun dan
upacaranya pada hari Anggara Kliwon Medangsia, tahun Çaka 1556 (tahun
1634 setelah Masehi). Berdasarkan dari deskripsi dari babad Mengwi
tersebut diketahui pura Ulun Danu Bratan didirikan sebelum tahun Saka 1556 oleh
I Gusti Agung Putu. Sejak pendirian pura tersebut, kerajaan Mengwi
menjadi tenteram dan sejahtera dan masyarakat pun menjuluki beliau “I Gusti
Agung Sakti”

Komplek pura Ulun Danu Beratan terdiri dari 4 pura,
diantaranya adalah:
Pura Lingga Petak, Pura Penataran Pucak Mangu, Pura Terate
Bang, dan Pura Dalem Purwa yang digunakan untuk memuja Tuhan dalam
bentuk Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa) untuk memohon anugerah
kesuburan, kemakmuran, kesejahteraan manusia dan untuk keseimbangan alam
semesta.Pura Ulun Danu Beratan Bedugul sangat terkenal dengan keindahannya yang
menjadikan tempat ini sebagai tempat wisata favorit di pulau Bali. Tidak jauh
dari lokasi pura terdapat beberapa akomodasi seperti hotel, villa, restoran
untuk kenyamanan wisatawan, juga terdapat halaman parkir yang luas dan
toko-toko suvenir untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang mengunjungi objek
wisata pura Ulun Danu Beratan Bedugul ini. Tidak jauh dari
objek wisata pura Ulun Danu juga terdapat tempat wisata menarik seperti Kebun Raya Bedugul dan pasar buah-buahan dan sayur-sayuran tradisional Bedugul.
c.
Fasilitas
Objek
wisata Bedugul juga di fasilitasi oleh beberapa
akomodasi yang memadai seperti hotel, villa, restoran dan juga terdapat wisata
air di kawasan danau Bratan seperti bermain kano, jetski, ataupun parasailing.
Bedugul terletak di ketinggian ± 1240 m diatas permukaan laut, dan mempunyai
temperatur ± 18° c pada malam hari dan ± 24° c pada siang hari. Beberapa Pura
lainnya yang ada di Kabupaten Tabanan:
G.
JOGER
a. Letak
Joger
Bali dikenal dengan pabrik kata-kata yang
berlokasi di kawasan jalan raya Kuta. Tempatnya sangat strategis dan menempuh
waktu 10 menit dari bandara Ngurah Rai jika tidak terjadi kemacetan. Untuk
pastinya, alamat Joger Bali
berada di Jalan Raya Kuta dekat supermarket Supernova.
b. Pendiri
Joseph Theodorus Wuliandi (lahir di Denpasar, 5 September 1951; umur 64 tahun)
adalah pendiri dan pemilik pabrik Joger. Pada sekitar tahun 1970an, ia yang sedang menempuh kuliah di Hotelfachshule, Bad Wiesee, Jerman Barat, berkenalan dengan Gerhard Seeger. Keduanya menjadi
kawan akrab yang sangat baik seperti saudara mungkin. Saking baiknya, saat Mr
Joger menikah dengan istrinya Ibu Ery Kusdarijati, Mr Gerhard Seeger rela
memberikan hadiah uang sebesar USD 20.000.
Uang yang banyak itu, jika di rupiahkan,
akhirnya dipakai untuk modal usaha. Awalnya sih tak terpikirkan nama apa, tapi
karena mengingat kebaikan sang sahabat, jadilah Pak Joseph menggunakan nama
Gerhard dalam bisnisnya. Pak Joseph berinisiatif menggabungkan namanya dan Mr.
Gerhard menjadi satu. Jadilah nama Joger tersebut, jika dilihat seksama
merupakan gabungan Joseph dan Gerhard. Bermula dari satu toko souvenir kecil di
Jalan Sulawesi, Denpasar, di depan Pasar Badung, nama Joger resmi dilahirkan
tanggal 19 Januari 1981.
c. sejarah
Joger mungkin di telinga anda
kata Joger sudah tidak asing lagi, apalagi yang sudah pernah melancong ke Pulau
Bali. Produk – produk dari joger seperti Kaos, Tas, Sendal, dan Furnitur
lainnya. Namun selain kita sudah mengenal product – product joger kita harus
tahu juga sejak joger hingga bisa seperti saat ini.
Kata joger
merupakan gabungan dari 5 Huruf yaitu J . O . G . E . R jika kita cari di kamus
bahasa indonesia kata ini belum memiliki arti, ia itu pasti karena kaya JOGER
itu sendiri bukan di ambil dari kata yang ada sebelumnya. Pada tahun 1980 Pak
Joseph Theodorus Wulianadi (pemilik joger) mengawali usahanya di sebuah
pertokoan di Jl. Sulawesi 37, Denpasar. Awalnya Joseph Theodorus Wulianadi
belum memiliki nama untuk Toko kecilnya itu tidak seperti toko – toko yang
berada di sekitarnya sampai – sampai Dinas perdagangan Denpasar meminta agar
Toko yang dimilikinya segera di berikan nama sehingga mudah di bedakan antara
toko – tokok yang berada di sekitarnya. Pada tanggal 9 bulan 9 tahun 1951
Joseph Theodorus Wulianadi merenungkan diri di atas tempat tidurnya beliau
merenungkan nama apa yang cocok untuk Tokonya itu. Yang jelas Joseph Theodorus
Wulianadi tidak ingin nama tokonya di berikan dengan nama yang umum atau yang
biasa kita lihat di pasar – pasar atau toko biasa, beliau ingin nama tokonya
itu bernama yang Unik artinya nama yang muncul dari dalam hati nurani. Seiring
detik jam berjalan Tuan Joseph Theodorus Wulianadi teringat dengan jasa besar
dari Mr. Gerhard dimana dia telah memberikan dana sebesar $ 20.000 sebagai
hadiah pernikahan Joseph Theodorus Wulianadi dengan Istri tercintanya Ery
Kusdarijati, Mr. Gerhard merupakan teman sekolahnya dulu di
Hotelfachshule, Bad Wiesee, Jerman Barat, tahun 1970-an.
Dengan
berjalannya waktu detik jam akhirnya tuan Joseph menggabungkan nama “Joseph”
dan nama temannya “Gerhard” sehingga dari nama tersebut diambilah 2 karakter
dari kiri dari nama Joseph = JO dan 3 karakter dari kiri Gerhard = GER sehingga
jika digabungkan menjadi JOGER.
Dan
pada tanggal 19 Januari 1981 merupakan hari lahir joger dimana nama joger
pertama kalinya digunakan sebagai nama Toko tuan Joseph namun nama Tokonya saat
itu belum murni JOGER tapi “ART & BATIK SHOP JOGER” awalnya masyarakat
belum tau dan belum tertarik dengan Product yang di jual oleh toko ini namun
karena seiring berjalannya waktu dan tren yang terus bergerak akhirnya product
– product Toko Joger di terima dan menarik banyak masyarakat karena setiap
barang seperti Kaos dan souvenir – souvenir lainnya terdapata kata – kata
yang unik khas Joger. Hingga akhirnnya nama Joger menjadi nama besar dan harum.
Pada tanggal 7 Juli 1987 diputuskan bahwa joger hanya akan di buka di satu toko
di Bali dimana hanya akan bisa di jumpai di Jl. Raya Kuta – Bali. Dan sejak
tahun 1990-an hingga saat ini Joger di sebut sebagai PABRIK KATA – KATA.
d. Fasilitas dan Outlet Cabang
Ketika memasuki pintu outlet ini, setiap
pengunjung akan disapa dengan ramah dan akan ditempeli stiker sebagai tanda
masuk. Ada ruangan yang khusus memajang koleksi T-shirt, ruangan khusus
souvenir seperti mug, sandal, gantungan kunci dan jam terbalik. Joger Bali hanya satu-satunya
tempat di Indonesia yang menjual jam terbalik dan merupakan ciri khas oleh-oleh
Joger Bali. Ada
juga ruangan di pojok yang menawarkan souvenir berupa guci dan pernak-pernik
lainnya.
Bali Joger Tempat Belanja Oleh-Oleh
Harganya pun bervariasi dengan kualitas yang sangat
diutamakan. Hampir tiap hari tempat ini ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun
mancanegara. Terutama saat musim liburan, Idul Fitri, Natal, maupun menjelang
tahun baru. Tempatnya yang sangat strategis dengan produk yang unik-unik
membuat toko ini tidak pernah sepi pengunjung. Sehingga para pengunjung sering
kehabisan stock ukuran baju. Sebaiknya berkunjung tidak pada musim liburan
maupun hari raya. Jadi akan bebas memilih dan tidak kehabisan ukuran.
Areal parkir yang disediakan tidak cukup luas, sehingga
sering terjadi kemacetan saat toko ini ramai pengunjung. Terutama saat liburan
sekolah. Banyak pelajar dari luar Bali yang mengunakan kendaraan roda empat
memenuhi areal parkir ini. Namun hal ini tidak menjadi kendala untuk tidak
berkunjung ke toko ini.
e. Outlet Cabang
Selain di jalan raya Kuta, Joger kini telah
membuka cabangnya di jalan raya menuju ke Bedugul. Jangan lupa singgah jika ada rencana liburan ke Bedugul, sehingga tidak perlu antre masuk di Joger
Kuta.
Jika anda ingin mengunjungi Joger Bali pada saat anda
liburan, tentunya anda akan memerlukan sarana transfortasi. Salah satu cara
untuk mendapatkan sarana transfortasi untuk mengunjugi Joger adalah dengan cara
menyewa mobil atau mengunakan sarana transfortasi umum yaitu taxi.
Atlernatif terbaik untuk transfortasi di Bali adalah
dengan menyewa mobil dengan sopir. Pulau ini banyak menyedikan jasa layanan sewa
mobil dengan sopir di Bali. Kenapa kami katakan alternatif terbaik, karena dengan anda menyewa
kendaraan dengan sopir, anda tidak akan memikirkan mengenai tempat parkir,
tidak akan tersesat, dan waktu penggunaan mobil selama 10 jam. Jika anda
bandingkan dengan biaya taxi selama 10 jam, maka biaya sewa mobil dengan supir akan jauh lebih murah. Jika anda berlibur
dalam romobongan atau group yang lebih dari 20 orang, maka kami sarankan anda
untuk menyewa bus di Bali. Untuk sewa bus di Bali, silakan klik link.
Bali Joger, sering dimasukkan oleh travel agent penyedia paket tour di Bali ke dalam agenda tempat wisata di Bali yang ditawarkan kepada pelanggan tentunya dengan harga
dan isi paket yang bervariasi.
f. Produk yang Dijual
Jogger
menjual berbagai macam souvenir, mulai dari baju, sandal, mug, gantungan kunci
, hingga mainan anak-anak tradisional unik. Pada beberapa produknya diberi
kata-kata lucu dan “garing” yang orisinil dan khas yang menambah unik tiap
produk buatannya. Salah satu kata-kata unik Joger terkenal yang
digunakan untuk promosinya adalah “Joger jelek, Bali bagus” , kata-kata yang
sangat aneh sebenarnya karena pada saat begitu banyak produk yang membesar-besarkan
produknya untuk keperluan promosi, Joger justru melakukan sebaliknya dengan
mengatakan kalau dirinya jelek. Masih banyak lagi permainan kata-kata yang
menjadi ciri khas tersendiri. Karena inilah Joger kemudian dikenal dan disebut
sebagai pabrik kata-kata.
Tidak
hanya unik karena kata-katanya, produk Jogerpun banyak yang memang dibuat tidak
biasa, seperti jam terbalik yaitu jam dengan arah jalan jarum penunjuknya
terbalik. Menurut Mr.Joger sendiri jam ini dibuat untuk orang-orang yang ingin
maju. Selain jam terbalik ada juga sandal yang sengaja dibuat berbeda warna
kanan dan kiri. Benar-benar unik bukan?
Harga
yang ditawarkanpun sangat variatif dan bisa dibilang sangat terjangkau untuk
souvenir yang benar-benar unik dan khas Bali. Sebagai contoh untuk Jam terbalik
Joger, harganya 65.000 rupiah, sedangkan sandal beda warnanya hanya 35.000
rupiah. Dan sekedar informasi , Joger tidak menjual produk originalnya diluar
Toko Joger di Kuta dan Luwus, jadi untuk para wisatawan diharapkan agar tidak
mudah tertipu dengan harga yang lebih murah yang tentunya dengan kualitas juga
jauh lebih rendah produk asli.
Yang membuat
Joger ini semakin banyak dikunjungi wisatawan adalah letaknya yang strategis
yaitu dekat dengan sangat banyak objek wisata di daerah tabanan seperti Kebun
Raya Bedugul, Danau Beratan, Strawberry Stop dan lain lain. Hampir semua
wisatawan yang berkunjung ke objek-objek wisata tersebut menyempatkan diri
untuk singgah membeli oleh-oleh di toko souvenir unik ini.
H.
Tanjung Benoa
a. Lokasi
Tanjung Benoa adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Kuta
Selatan, Kabupaten
Badung, Bali.Tanjung Benoa merupakan tempat wisata di
Bali yang terkenal akan pantainya. Tempat ini juga merupakan surganya wahana
air seperti banana boat, scuba diving, parasailing, rolling
donut, seawalker, flying fish, snorkeling dll. Selain itu, terdapat
pelayaran menuju Pulau Penyu tempat hidup dan penangkaran seekor kura-kura, ular, jalak bali, dan sebagainya.[1] Sehingga tidak salah kalau Tanjung Benoa
dikenal sebagai pusat wisata bahari di Bali.
Aktifitas wahana air sangat tergantung dari
kondisi pasang surut air laut yang dikenal istilah pasang purnama dan pasang
tilem. Jika kena pengaruh bulan mati (tilem), atraksi wisata laut baru bisa
dilangsungkan di atas pukul 11.00 hingga sore. Sebaliknya, kalau terkena
pengaruh pasang purnama (bulan penuh), wisatawan bisa memulai aktivitas wisata
tirta sejak pagi hari, sekitar pukul 09.00 hingga sore hari biasanya sampai jam
4 sore. Bibir pantai Tanjung Benoa memiliki laut yang aman, nyaman dan indah.
Karang lautnya masih lestari, sehingga ombak akan pecah di luar, sebelum
menyentuh bibir pantai. Karena itu, di pantai Tanjung Benoa dikenal istilah ‘’laut
dangkal’’ dan ‘’laut dalam’’.[
Pesisir pantai Tanjung Benoa mencakup tujuh
lingkungan/banjar, enam di antaranya masuk wilayah Kelurahan Tanjung Benoa
(Banjar Kerta Pascima, Anyar, Tengah, Purwa Santi, Panca Bhineka, dan Banjar
Tengkulung), sedangkan Banjar Terora masuk wilayah Kelurahan Benoa. Luas
keseluruhannya 400,39 hektar, 226,64 hektar di antaranya adalah luar wilayah
Banjar Terora. Dengan demikian luas wilayah Tanjung Benoa hanya 173,75 hektar.
b. Fasilitas
Tanjung
Benoa terkenal dengan Wahana Water Sport terbaik di dunia yang memiliki
berbagai jenis permainan air yang menarik dan seru tentunya. Berikut beberapa
Fasilitas Water Sport di TanjongBanoa Bali Indonesia :
Flying Fis,
untuk anda yang ingin merasakan sensasi bergerak melawan arah angin, menjadi
salah satu rujukan; adrenalin kita akan terpacu melalui permainan yang
menggunakan perahu mirip ikan layar yang ditarik dengan speedboat.
Glass
BottomBoat, wahana yang mengajak untuk menyeberang menuju Pulau Penyu dengan
kapal yang bawahnya transparan supaya kita bisa melihat pemandangan bawah laut
dan ikan-ikannya.
Permainan
jet ski, Permainan jet ski memberikan tantangan tersendiri, bagaimana kita
menguji adrenalin kita menjadi seorang pembalap di lautan luas.
Parasailing,
untuk melihat dengan jelas pemandangan area Tanjung Benoa. Birunya langit dan
laut yang selalu terlihat sangat jelas menjadi background, Garis-garis pantai,
taman nan hijau dan barisan pepohonan yang ada di Nusa Dua dan sekelilingnya,
sungguh eksotik. Selain itu . Kemeriahan jet ski, speedboat, bananaboat, dan
kapal-kapal yang berbaris seolah ikut menjadi penghias sebuah surga kecil bagi
para pencinta water sport, seakan tertidur dan mimipi terbang di atas surga
kecil.
Snorkeling,
Untuk melihat indahnya biota laut
c.
Tarif
Fasilitas di Tanjung Benoa
Berkunjung
ke Tanjung Benoa Bali rasanya tidak sempurna kalau tidak mencoban dan menikmati
berbagai fasilitas yang ada, berbagai fasilitas yang ada di Tanjung Benoa dapat
anda coba dan nikmati dengan menyewanya, dengan harga yang relatif terjangkau,
untuk sesuatu yang luarbiasarasaya relatif terjangkau. Berikut beberapa tarif
Fasilitas Watersprot di Tanjung Benoa Bali
1.
BananaBoat: Rp 150.000 (15 menit)
2. FlyFish:
Rp 300.000 (2x terbang)
3. Glass
BottomBoat + Pulau Penyu: Rp 350.000 (1 jam)
4. Jet Ski
dengan Pemandu: Rp 275.000 (15 menit)
5. Jet Ski
tanpa Pemandu: Rp 350.000 (15 menit)
6. Mangrove
Tour: Rp 450.000 (1 jam) Parasailing: Rp 185.000 (1 putaran)
7.
Snorkeling: Rp 275.000 (1 jam)
8. Sea
Walker: Rp 800.000 (1 jam)
9. WakeBoard:
Rp 350.000 (15 menit)
10. Water
Ski: Rp 350.000 (15 menit)
11. Paket A:
Rp 475.000 (Parasailing, BananaBoat, Jet Ski withInstruction)
12. Paket B:
Rp 450.000 (Glass BottomBoat, Turtle Island, Snorkeling)
13. Paket C:
Rp 850.000 (Parasailing, BananaBoat, Jet Ski withInstructor, ScubaDiving)
Harga
tersebut dapat berubah setiap saat, untuk mendapat informasi lebih jelas,
silahkan kunjungi reservasi penyedia layanan faslitaswatersport di Tanjung
Benoa
Akses / Jarak
tempuh Menuju Tanjung Benoa Bali
Berkut lama
jarak tempuh perjalananan menuju ke Tanjung Benoa :
Dari Bandara
; 20 menit
Dari Kuta :
30 menit
Dari Nusa Dua
: 5 menit
Dari Legian :
35 menit
Dari Canggu :
60 menit dan
Dari Jimbaran
: 20 menit
Jarak tempuh
tersbut tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu faktornya adalah
kendaraan yang digunakan, dan kondisi lalu lintas jalanan. Demikian Informasi
seputar Wisata Tanjung Benoa. Selamat Berwisata
I.
Makam Raden Ayu Siti Khotijah
a. Lokasi
Makam
keramat Pamecutan, milik Gusti Ayu Made Rai, alias Raden Ayu Siti Khotijah di
Jln. Batu Karu Pamecutan Kota Denpasar Barat,
b. Sejarah Tokoh
Cerita awal sang Raden Ayu Pemecutan, seperti
cerita legenda putri-putri keraton di seluruh nusantara. Sang
putri terkenal cantik dan disayang hingga menjadi kembang kerajaan. Tak
sedikit para pembesar kerajaan di Bali yang ingin meminang sang putri. Namun
musibah datang, sang putri mengidap penyakit kuning. Raja Pemecutan berusaha
untuk menyembuhkan sang anak kesayangan, namun tak berhasil menyembuhkan sang
putri. Hingga Raja Pemecutan membuat sebuah sayembara yang bisa menyembuhkan
penyakit sang putri, jika perempuan akan diangkat jadi anak raja dan jika
laki-laki akan di kawinkan dengan Raden Ayu Pemecutan.
Kabar tentang sayembara ini terdengar oleh
seorang ulama di Yogyakarta dan mempunyai seorang anak didik yang jadi raja di
Madura yaitu Cakraningrat IV. Ulama yang dalam buku Sejarah keramat Raden Ayu
Pemecutan disebut Syech ini memanggil Cakraningrat IV ke Yogyakarta untuk
mengikuti sayembara tersebut. Raja Madura ini berangkat ke Bali, hasilnya dapat
ditebak Raden Ayu Pemecutan dapat disembuhkan oleh Cakraningrat IV. Siapa sih
sebenarnya Cakraningrat IV ? Pangeran dari Madura ini bernama asli
Susroadiningrat, dia mendapatkan tahta kerajaan dari kakaknya Cakraningrat
III. Cakraningrat IV adalah seorang pemimpin Madura Barat (bertahta
1718-1746). Seperti pendahulunya, dia menolak kekuasaan raja Mataram. Dia lebih
ingin berada di bawah pelindungan VOC, sesuatu yang ditolak VOC. Di samping
itu, Cakraningrat secara pribadi membenci Amangkurat IV, raja Mataram (bertahta
1719-1726), dan menolak untuk sowan ke kraton Kartasura. Dia juga takut akan
diracuni bila ke kraton. Tahun 1726 Amangkurat meninggal, digantikan
puteranya yang mengambil gelar Pakubuwana II, yang berumur 16 tahun (bertahta
1726-1749). Hubungan antara Mataram dan Cakraningrat membaik, dan Cakraningrat
menikahi salah satu adik Pakubuwana. Hubungan antara Cakraningrat dan ibu
mertuanya, Ratu Amangkurat, menjadi akrab.Di akhir tahun 1730-an, kekuasaan
Cakraningrat di Jawa Timur meningkat dan mengancam kedudukan orang Bali di
daerah Blambangan.
Jika benar berita sayembara itu didapat dari
Yogyakarta, maka peristiwa sayembara terjadi setelah Amangkurat meninggal
(1726), karena sebelum tahun itu Cakraningrat IV tidak pernah datang ke
Yogyakarta. Setelah sang putri sembuh, lalu Raden Ayu Pemecutan dan
Cakraningrat IV dikawinkan. Tentunya dalam perkawinan muslim, keuanya harus
beragama Islam, Raden Ayu Pemecutan pun jadi mualaf dan bergelar Raden Ayu Siti
Khotijah. Sang putri lalu di boyong ke Madura oleh Cakraningrat IV.
Suatu ketika Raden Ayu pulang ke
Bali beserta 40 orang pegiring dan pengawal. Cakraningrat IV memberikan bekal
berupa guci, keris dan sebuah pusaka berbentuk tusuk konde yang diselipkan di
rambut sang putri. Sesampainya di kerajaan Pamecutan, Siti Khotijah
disambut dengan riang gembira. Namun, kala itu tidak ada yang mengetahui bahwa
sang putri telah memeluk agama Islam. Suatu hari ketika ada suatu upacara
Meligia atau Nyekah yaitu upacara Atma Wedana yang dilanjutkan dengan
Ngelingihan (Menyetanakan) Betara Hyang di Pemerajan (tempat suci keluarga)
Puri Pemecutan, Raden Ayu Pemecutan berkunjung ke Puri tempat kelahirannya.
Pada suatu hari saat sandikala (menjelang petang) di Puri, Raden Ayu Pemecutan
alias Raden Ayu Siti Kotijah menjalankan persembahyangan (ibadah sholat
maghrib) di Merajan Puri dengan menggunakan Mukena (Krudung). Ketika itu salah
seorang Patih di Puri melihat hal tersebut. Para patih dan pengawal kerajaan
tidak menyadari bahwa Puri telah memeluk islam dan sedang melakukan ibadah
sholat. Menurut kepercayaan di Bali, bila seseorang mengenakan pakaian atau
jubah serba putih, itu adalah pertanda sedang melepas atau melakukan ritual
ilmua hitam (Leak). Hal tersebut dianggap aneh dan dikatakan sebagai penganut
aliran ilmu hitam.
Akibat ketidaktahuan pengawal istana,
‘keanehan’ yang disaksikan di halaman istana membuat pengawal dan patih
kerajaan menjadi geram dan melaporakan hal tersebut kepada Raja. Mendengar
laporan Ki Patih tersebut, Sang Raja menjadi murka. Ki Patih diperintahkan
kemudian untuk membunuh Raden Ayu Siti Khotijah. Raden Ayu Siti Khotijah dibawa
ke kuburan areal pemakaman yang luasnya 9 Ha. Sesampai di depan Pura Kepuh
Kembar, Raden Ayu berkata kepada patih dan pengiringnya “aku sudah punya
firasat sebelumnya mengenai hal ini. Karena ini adalah perintah raja, maka
laksanakanlah. Dan perlu kau ketahui bahwa aku ketika itu sedang sholat atau
sembahyang menurut kepercayaan Islam, tidak ada maksud jahat apalagi ngeleak.”
Demikian kata Siti Khotijah.
Raden Ayu berpesan kepada Sang patih “jangan
aku dibunuh dengan menggunakan senjata tajam, karena senjata tajam tak akan
membunuhku. Bunuhlah aku dengan menggunakan tusuk konde yang diikat dengan daun
sirih serta dililitkan dengan benang tiga warna, merah, putih dan hitam (Tri
Datu), tusukkan ke dadaku. Apabila aku sudah mati, maka dari badanku akan
keluar asap. Apabila asap tersebut berbau busuk, maka tanamlah aku. Tetapi
apabila mengeluarkan bau yang harum, maka buatkanlah aku tempat suci yang
disebut kramat”.
Setelah meninggalnya Raden Ayu, bahwa memang betul dari
badanya keluar asap dan ternyata bau yang keluar sangatlah harum. Peristiwa itu
sangat mengejutkan para patih dan pengawal. Perasaan dari para patih dan
pengiringnya menjadi tak menentu, ada yang menangis. Sang raja menjadi sangat
menyesal dengan keputusan belia . Jenasah Raden Ayu dimakamkan di tempat tersebut
serta dibuatkan tempat suci yang disebut kramat, sesuai dengan permintaan
beliau menjelang dibunuh. Untuk merawat makam kramat tersebut, ditunjuklah Gede
Sedahan Gelogor yang saat itu menjadi kepala urusan istana di Puri Pemecutan.
Demikian kisah sang putri yang saya kutip
dari beberapa sumber, ada beberapa simpulan dari cerita
diatas: Bali, sangat mempertahankan agama, budaya dan tradisinya.
Hingga Proses Islamisasi sepertinya tak pernah sampai kesana, kuat dugaan saya
keikutan Cakraningrat IV dalam sayembara merupakan salah satu usaha
Islamisasi. Sikap teguh untuk tidak akan meninggalkan Hindu ini juga terus
dipegang raja-raja Bali sesudahnya termasuk ketika Bali pecah menjadi
kerajaan-kerajaan kecil. Meski begitu, bukan berarti Bali tertutup dari
pengaruh budaya luar. Bali sangat terbuka terhadap datangnya saudagar-saudagar
muslim dan mereka disebut sebagai nyama selam (saudara dari umat Islam).
Oleh raja-raja Bali pada sekitar abad ke-18-19, kelompok-kelompok muslim ini
diberikan untuk menempati lahan-lahan kosong. Ini merupakan kompensasi dari
bantuan yang diberikan kelompok-kelompok muslim itu dalam upaya mempertahankan
kekuasaan para raja-raja itu. Karena itulah, banyak ditemukan
perkampungan-perkampungan khusus muslim di Bali. Misalnya, perkampungan Islam
di Desa Pegayaman, Buleleng, Kampung Bugis di Serangan, Kampung Gelgel di
Klungkung, Kampung Kusamba di Klungkung dan masih banyak lagi yang lain. Jika
ditelusuri, leluhur kampung-kampung muslim itu pasti memiliki hubungan mesra
dengan raja-raja yang pernah mengayominya.
Bab III
Penutup
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan penulisan ini penulis dapat menarik kesimpulan.
Ternyata objek-objek wisata di Jawa Timur dan Bali selalu padat dikunjungi oleh
pengunjung baik dari domestic maupun mancanegara.
Dari penyusunan karya tuli ini penulis bisa menarik kesimpulan :
1.
Objek wisata di Jawa Timur sangat unik dan
2.
Mayoritas penduduk Bali memeluk agama Hindu. Hal ini
terkait dengan banyaknya pura yang dibangun disetiap banjar atau desa maupun
disetiap rumah.
3.
Dengan kebudayaan sendiri yang asli dan panorama alam
yang alami, maka Pulau Bali menjadi objek wisata yang terkenal diseluruh dunia.
B. SARAN
Dari hasil penyusunan karya tulis ini maka penulis bisa memberikan
sran-saran sebagai berikut :
1.
Kebudayaan merupakan warisan nenek moyang dan warisan
kita bersama maka dari itu harus kita jaga dan lestarikan bersama.
2.
Mengembangkan dan meningkatkan usaha pemerintah dalam
melestarikan serta menjaga kebudayaan Indonesia.
3.
Segala fasilitas, srana dan prasarana serta pelayanan
terhadap pengunjung di Tanah Lot agar bisa ditingkatkan lagi.
C. Pesan dan Kesan Perjalanan
Kesan :
Kesan-kesan yang kami dapatkan selama kami mengikuti field study banyak
sekali. Kami merasa senang karena kami bisa mengikuti field study bersama
teman-teman dan guru. Selain itu kami juga mendapatkan banyak sekali ilmu baru.
Kami juga mendapatkan pengalaman baru yang tidak pernah kami lupakan.
Pesan :
Pesan field study kemarin sebagai sarana pembelajaran siswa di luar
sekolah dan untuk menyegarkan pikiran saat kebingungan ketika kegiatan belajar
mengajar sedang berlangsung. Selain itu kegiatan field study kemarin juga
berguna untuk menambah wawasan peserta didik. Dari situlah kami ingin
meninggalkan beberapa pesan yaitu, guru pendamping lebih mengawasi siswa-siswanya
agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diiginkan. Waktu yang diberikan pada tiap
tempat harap lebih diperlama agar siswa dapat lebih puas berkeliling objek.
D. Lampiran


( Pondok
Pesantren Tebuireng) (Hadratusy Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari)


(KH. WAHID HASYIM) (K.H. Abdurrahman
Wahid)


( Makam Gusdur ) (salah satu madrasah di Ponpes Tebuireng)
(Masjid Tiban Turen Malang)


(gedung Kampus UIN Maliki Malang)

(tanah Lot)

(Ular Suci Pura Tanah Lot)
( Danau Bedugul )


(JOGER) (TANJUNG
BENOA)


(TANJUNG BENOA) (MAKAM RADEN AYU SITI
KHOTIJAH)

DAFTAR PUSTAKA
Id.m.wikipedia.org/wiki/tanah lot
Id.m.wikipedia.org/wiki/danau_bratan
Id.m.wikipedia.org/wiki/tanjung_benoa,kuta_selatan,bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar