PELAJARAN

Sabtu, 27 Agustus 2016

CONTOH LAPORAN FIELD STUDY

LAPORAN PERJALANAN FIELD STUDY
(STUDY AGAMA, PENDIDIKAN DAN BUDAYA)
MADRASAH ALIYAH NEGERI PURWOREJO
TAHUN PELAJARAN 2015/2016



KELOMPOK : 3
1.        Anggarani Sukma Wati       (01)
2.        Dwi Wahyuningsih              (06)
3.        Erni Krisnawati                    (08)
4.        Ismi Nurul Fadlilah              (11)
5.        Muhammad Fahron             (16)
6.        Nurul Kurniawan                      (19)
7.        Saptarini Pratiwi                        (22)
8.        Wahyu Eka Hestiningrum   (27)

XI IIS 3


JAWA TIMUR-BALI, 10-15 APRIL 2016



LAPORAN PERJALANAN FIELD STUDY
(STUDY AGAMA, PENDIDIKAN DAN BUDAYA)
MADRASAH ALIYAH NEGERI PURWOREJO
TAHUN PELAJARAN 2015/2016




KELOMPOK : 3
1.        Anggarani Sukma Wati       (01)
2.        Dwi Wahyuningsih              (06)
3.        Erni Krisnawati                    (08)
4.        Ismi Nurul Fadlilah              (11)
5.        Muhammad Fahron             (16)
6.        Nurul Kurniawan                      (19)
7.        Saptarini Pratiwi                        (22)
8.        Wahyu Eka Hestiningrum   (27)

XI IIS 3

JAWA TIMUR-BALI, 10-15 APRIL 2016



HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah

“LAPORAN PERJALANAN FIELD STUDY
(STUDY AGAMA, PENDIDIKAN DAN BUDAYA)”

Disusun Oleh:
1.               Anggarani Sukma Wati          (01)
2.               Dwi Wahyuningsih                (06)
3.               Erni Krisnawati                      (08)
4.               Ismi Nurul Fadlilah                        (11)
5.               Muhammad Fahron                (16)
6.               Nurul Kurniawan                   (19)
7.               Saptarini Pratiwi                    (22)
8.               Wahyu Eka Hestiningrum     (27)

Setelah diperiksa dan diteliti, maka karya ilmiah ini disahkan pada :

Hari         :
Tanggal   :
Tempat    :


       
        Pembimbing I                                         Pembimbing II




(nama guru pembimbing)                            



PERSEMBAHAN

        Karya ilmiah ini selain ditulis untuk memenuhi tugas mata pelajaran bahasa Indonesia, tetapi juga untuk memperkenalkan dan memberi pengetahuan akan objek-objek wisata yang terdapat di Jawa Timur dan Pulau Bali.

          Dengan ini, kami mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada :
1.     Bapak Drs. H. Wachid Adib,  M.SI selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri Purworejo yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengikuti kegiatan field study ke Jawa Timur dan Bali.
2.    Ibu Ika Setyarini, S.pd selaku wali kelas XI IIS 3
3.    Ibu Sumaryati,S.Pd selaku guru Bahasa Indonesia yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan karya ilmiah ini agar baik adanya.
4.    Bapak dan Ibu guru pembimbing yang telah menjaga dan mendampingi kami selama perjalanan field study
5.    Semua pihak yang telah memberikan penjelasan selama kegiatan field study
6.    Semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan karya ilmiah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya
7.    Semua teman-teman yang telah membantu kami dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

          Kami sadar bahwa karya ilmiah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran yang dapat membangun guna menyempurnakan karya ilmiah ini.















MOTTO

·       Lihatlah mereka yang lebih tidak beruntung dari padamu sehingga kau tidak mungkin tidak berpuas diri atas keberuntungan yang diberikan Allah kepadamu (Nabi Muhammad SAW)
·       Cara memulai adalah dengan berhenti berbicara dan mulai melakukan.
·       Untuk mencapai kesuksesan, kita jangan hanya bertindak, tapi juga perlu bermimpi, jangan hanya berencana, tapi juga perlu percaya.
·       Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, dan akan mencoba kembali untuk melakukan dalam suatu cara yang berbeda.
·       Saya memang tidak dapat menghentikan hujan, tapi hujan tidak akan pernah dapat menghentikan semangat saya.
·       Jangan takut mengambil sebuah resiko, takutlah jika kamu hanya berjalan ditempat.























KATA PENGANTAR
       Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan semangat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini tanpa ada halangan suatu apapun. Karya tulis ini disusun guna memenuhi tugas dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia semester 2 MAN Purworejo
          Karya tulis kami ini berjudul “LAPORAN PERJALANAN FIELD STUDY (STUDY AGAMA, PENDIDIKAN DAN BUDAYA)”yang semua data-datanya kami kumpulkan dari obyek tersebut dan buku-buku sejarah, juga beebagai pihak. Oleh karena itu, melaluikesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat :
Ø Kepala sekolah sebagai penyedia fasilitas pengumpul karya tulis.
Ø Wali kelas dan guru pembimbing sebagai penuntun dalam penyusunan karya tulis.
Ø Rekan siswa MAN Purworejo sebagai sumber inspirasi.
Kami menyadari akan kekurangan di berbagai hal dalam menyusun karya tulis ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki masa mendatang yang sifatnya membangun.
Semoga karya tulis ini bisa bermanfaat baik bagi kami maupun pihak-pihak lain. Amin.
                                                                   Purworejo, 22 April 2016


                                                                             Penyusun
                                                                            
                            

                                               


                  

DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................1
Halaman Pengesahan......................................................................................2
Halaman Persembahan...................................................................................3
Halaman Motto................................................................................................4
Kata Pengantar.................................................................................................5
Daftar Isi...........................................................................................................6
Bab I Pendahuluan
A.   Latar Belakang........................................................................................7
B.    Rumusan Masalah..................................................................................7
C.   Tujuan Penulisan....................................................................................7
D.  Manfaat Penulisan..................................................................................7
E.     Pembatasan Masalah..............................................................................7
F.     Metode Penulisan...................................................................................8
G.   Pelaksanaan Kegiatan.............................................................................8
Bab II Pembahasan
A.   Pesantren Tebuireng dan Makam Gusdur...........................................9
B.    Pesantren Sukorejo dan KH. As’ad Syamsul Arifin...........................13
C.   Masjid Tiban Turen Malang...............................................................16
D.  UIN Malang..........................................................................................16
E.     Tanah Lot..............................................................................................18
F.     Bedugul.................................................................................................19
G.   Joger......................................................................................................20
H.   Tanjung Benoa.....................................................................................23
I.       Makam Raden Ayu Siti Khotijah.........................................................24
Bab III Penutup
A.   Kesimpulan...........................................................................................26
B.    Saran.....................................................................................................26
C.   Pesan dan Kesan Perjalanan................................................................26
D.  Lampiran...............................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................32









Bab I
Pendahuluan

A.   Latar Belakang masalah
Dengan banyaknya objek-objek wisata yang ada di Nusantara menjadi salah satu alasan diadakannya sebuah field study untuk mengenal dan menanambah ilmu pengetahuan.Field Study adalah salah satu kegiatan yang diselenggarakan tiap tahunnya disekolah kami dalam rangka kegiatan belajar di luar kelas.
            Kunjungan ini dilaksanakan pada tanggal 10-15 April 2016. Adapun tujuan wisata kami yaitu Jawa Timur dan Pulau Bali. Berkaitan dengan field study, kami diberi ugas untuk membuat sebuah laporan dalam bentuk karya ilmiah mengenai objek-objek wisata yang dikunjungi. Dalam menyusun karya ilmiah ini tentunya kami memerlukan data-data yang akurat.
B.    Rumusan Masalah
a.      Objek apa sajakah yangterdapat di Jawa Timur dan Bali?
b.      Pengetahuan apa yang didapatkan dalam field study kali ini ?
c.     Tujuan
Tujuan khusus :
Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI tahun pelajaran 2015/2016 dalam membuat karya ilmiah.
Tujuan umum :
a.      Sebagai sarana untuk memperkenalkan objek wisata yang ada di Jawa Timur dan Bali kepada pembaca
b.      Sebagai wawasan untuk menambah informasi serta ilmu pengetahuan.
c.       Sebagai perbandingan antara teori yang ada diberikan di kelas dengan kenyataan yang ada di lapangan.
d.      Memperkenalkan kebudayaan yang beraneka ragam di Indonesia.
d.    Manfaat Penulisan
a.      Menambah wawasan mengenai wisata dan budaya Indonesia
b.      Mengasah kemampuan menyusun laporan perjalanan secara sistematis.
e.     Pembatasan Masalah
Agar pembataan masalah ini terarah, maka penulis perlu membatasi masalah yang perlu dibahas. Adapun masalah yang akan penulis bahas yaitu seputar objek wisata di Jawa Timur-Bali dan sekitarnya saja. Agar hali ini tidak melenceng dari judul karya tulis.












f.      Metode Penulisan
a.                 Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung pada objek dan mencatat hal-hal penting sebagai bahan.
b.                Metode wawancara yaitu peneulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada pemandu wisata.
c.                 Study pustaka yaitu metode yang dilkukan dengan cara mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan penyusunan laporan perjalanan
g.    Pelaksanaan Kegiatan
Ø  Jawa Timur
Hari/Tanggal  : 10-12 April 2016-04-25
Objek              : -   Makam Gusdur
-         Pesantren Sukorejo dan KH. As’ad Syamsul Arifin
-         UIN Malang
-         Masjid Tiban Turen
Ø  Pulau Bali
Hari/Tanggal  : 13-14 April 2016
Objek              : -  Tanah Lot
-         Bedugul
-         Joger
-         Tanjung Benoa
-         Makam Raden Ayu Siti Khotijah
















Bab II
Pembahasan
A.         Pesantren Tebuireng dan Makam Gusdur
a.     Lokasi
Pondok pesantren Tebuireng terletak di Jl. Irian Jaya 10 Tebuireng Jombang. Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang, Jawa Timur.
b.     Sejarah
Tebuireng dahulunya merupakan nama dari sebuah dusun kecil yang masuk wilayah Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Letaknya delapan kilometer di selatan kota Jombang, tepat berada di tepi jalan raya Jombang – Kediri. Menurut cerita masyarakat setempat, nama Tebuireng berasal dari “kebo ireng” (kerbau hitam). Versi lain menuturkan bahwa nama Tebuireng diambil dari nama punggawa kerajaan Majapahit yang masuk Islam dan kemudian tinggal di sekitar dusun tersebut.
Pondok Pesantren Tebuireng sendiri didirikan oleh KHM. Hasyim Asy’ari tahun 1899 M, dan mendapat pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda pada 16 Rabiul Awwal 1324 H / 6 Februari 1899 M. Kyai Hasyim lahir di Pesantren Gedang, arah utara kota Jombang pada 26 Dzul Qo’dah 1287 H / 14 Februari 1871 M dari hasil perkawinan antara K. Asy’ari dengan Halimah. Beliau adalah seorang ulama’ besar yang telah lama belajar dan mendalami ilmu agama baik di dalam maupun luar negeri. Jiwanya merasa terpanggil untuk memperbaiki masyarakat tempat tinggalnya yang sedang dilanda berbagai krisis kehidupan, Kyai Hasyim mendirikan Pondok Pesantren yang berperan sebagai pusat pendidikan dan penyiaran agama Islam.
Dalam Mewujudkan cita-citanya, Kyai Hasyim memiliki suatu pedoman,
c.     Sistem Pendidikan
13. Sistem Pengajaran Kitab – kitab Kuning
Sistem pendidikan yang digunakan untuk mendalami kitab salaf di Pondok Pesantren Tebuireng yaitu sistem sorogan dan sistem weton atau bandongan. Sistem sorogan oleh K.H.Abd. Rahman Usman di pahami dengan istilah Takhasus.
Kyai yang mengajar sistem sorogan adalah         :
1.         Drs. K.H. Syuhada Syarief
2.         Drs. K.H. Musta’in Syafi’i
3.         Ust. Abd. Aziz Sukarto Faqih
4.         Drs. K.H. Abd. Rahman Usman
Materi atau kitab diajarkan antara lain: Sharaf, Fiqh, Tauhid, Tafsir, Tasawuf dan Hadist. Materi yang biasa diikuti para santri adalah Nahwu, Sharaf, Tafsir dan Fiqh.
Sistem sorogan dalam pengajian ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan sistem pendidikan islam tradisional, sifat sitem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan kedisiplinan pribadi dari murid.
Pelaksanaan sorogan ini biasanya didalam masjid yaitu para santri berbentuk melingkar dihadapan kiyai (Kiyai didalam pengimanan). Namun, pada saat ini pelaksanaan pengajian sorogan tertempat diberbagai tempat, ada yang dirumah kiyai, kadang ada yang berada dikamar santri sendiri.
Sistem weton adalah sistem yang banyak dipakai diberbagai pondok pesantren, demikian halnya dipondok pesantren tebuireng. Tingkat perbandingan ustadz memakai sistem sorogan dan weton dengan 4:30 ustadz. Utadz-ustadz  ini memiliki sebuah santri dan kebanyakan pula para santri tersebut memilih sistem weton.
Adapun sarana untuk pengajian weton adalah dikomplek pesantren, serambi masjid, gedung-gedung sekolah, dirumah para pengasuh(K.H Adlan Ali, Drs. K.H Syuhadah Syarief, Drs. K.H Abd. Rahman Usman).

2)        Sistem Madrasah Salafiyah Syafi’iyah.
          Madrasah Salafiyah Syafi’iyah (MASS) yang ada di Pondok Pesantren Tebuirng pada tahun 1988 adalah sebagai berikut:
a.      Madrasah Salafiyah Syafi’iyah Tingkat Tsanawiyah.
MASS tingkat salafiyah berdiri pada tahun 1946, berbagai kepala sekolahnya adalah Moch. Sathori dari Blitar. Pada saat itu situasi tanah air dalam keadaan perang melawan belanda yang ingin menguasai kembali Republik Indonesia yang baru merdeka dengan membonceng pasukan sekutu inggris.
Kurikulum MASS tingkat Tsanawiyah pada tahun 1947 masih bertitik tolak pada pengetahuan agama dan sedikit pengetahuan umum. Karena banyak siswa berminay mengikuti UN/Ingin mendapat ijasah, maka diadakan pembaharuan, mengikuti pada kurikulum DEPAG RI. Namum tidak mutlak mengikuti DEPAG RI yakni dengan presentase 70% pengetahuan umum 30% pengetahuan agama.
b.       Madrasah Salafiyah Syafi’iyah Tingkat Aliyah.
Kurikulum MASS Aliyah Tebuireng adalah kombinasi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1984, dengan tetap mempertahankan ciri khas aliyah Tebuireng. Dilihat dari presentasinya 65% pengetahuan agama dan 35% pengetahuan umum dengan 45 mata pelajaran.
3)        Sistem Sekolah Umum.
Sistem sekolah umum yang ada dipondok Pesantren Tebuireng adalah sebagai berikut:
13.      Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Wahid Hasyim.
Tujuan berdirinya SMP A. Wahid Hasyim antara lain:
-    Melihat arus dari minat para anak untuk melanjutkan kesekolah umum.
-    Membentuk kader yang tangguh dalam bidang ilmu yang bersifat umum dan agamis.
-   Sebagai jembatan dakwah melalui sekolah umum.
-   Menyiapkan tenaga yang mampu mengikuti teknologi modern yang bertakwa kepada tuhan YME.
Kurikulum SMP A. Wahid Hasyim mengikuti kurikulum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hanya ada program diniyah(Pendalaman agama) sebanyak 30% yang dikelola oleh para guru dengan mengikuti kebijakan yayasan. Adapun materi tambahannya adalah Al-qur’an, Ibadah dan Akhlak.
13.      Sekolah Menengah Atas A. Wahid Hasyim
SMA A. Wahid Hasyim adalah dibawah naungan yayasan Hasyim Asy’ari Tebuireng DEPDIKBUD.
Kurikulum SMA A. Wahid Hasyim mengikuti kurikulum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1984 edisi 1987. Untuk pelajaran agama sesuai dengan kurikulum adalah 2 jam pelajaran, namun ditambah dengan mata pelajaran lain meliputi: Tauhid, Fiqh, Tajwid, Hadist, Tarikh Islam, Tafsir, Bahasa Arab, Nahwu, Sharaf.
Jumlah jam pelajaran keseluruhan 48 jam, dengan rincian 38 jam mata pelajaran yang sesuai dengan kurikulum 1984 dan 10 jam pelajaran agama(Diniyah). Dengan demikian presentasenya pelajaran umum 75% dan pelajaran agama 25%. 

4)        Sistem Pendidikan Madrasah Al-Qur’an.
Madrasah Al-Qur’an berdiri pada tanggal 27 Syawal tahun 1931 H, bertepatan pada tanggal 15 Desember 1971. Madrasah ini lahir melalui proses hasil musyarah dari sembilan orang kiyai, tokoh masyarakat dan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, sebagai perwujudan cita-cita luhur terpadu dari dua pahlawan yaitu K.H. M. Hasyim Asy’ari dan K.H. A. Wahid Hasyim.
Adapun tujuan dari Madrasah Al-Qur’an adalah membuntuk pribadi muslim, khamil Al-Qur’an. Lafdzan wa ma’nam. Wa amalan, tidak hanya mencetak hafidzm saja, lebih dri itu mereka harus dapat menghayati isi kandungan Al-Qur’an seta mengamalkanya.
Kurikulum Madrasah Al-Qur’an berbeda dengan kurikulum di MASS Tsanawiyah dan MASS Aliyah namun memiliki corak tersendiri, karena disamping  mempelajari agama lebih khusus lagi menghafal Al-Qur’an.
Sistem yang dipakai oleh Madrasah Al-Qur’an Tebuireng adalah, sebagai berikut:
1. Diutamakan Fashahahnya, setelah Fashahahnya sudah menguasai baru ketahap berikutnya.
2.      Tahap menghafal Al-Qur’an
Dari cara tersebut dapat diketahui bahwa bukan hafal dahulu, baru Fashahahnya, namun Fashahah dahulu baru hafalanya. Karena kalau hafalan dahulu, akan mendapat hambatan yaitu biasanya para santri yang sudah hafal sulit diperbaiki Fashahahnya.

d.     Tokoh Pendiri Pesantren

·        Hadratusy Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari

K.H. Hasyim Asy’ari lahir pada 24 Dzulqa`dah 1287 H atau 14 Februari 1871 M di Desa Nggedang, Jombang, Jawa Timur. Ia anak ketiga dari 10 bersaudara pasangan Kiai Asy`ari bin Kiai Usman dari Desa Tingkir dan Halimah binti Usman. Ia lahir dari kalangan elite santri. Ayahnya pendiri Pesantren Keras. Kakek dari pihak ayah, Kiai Usman, pendiri Pesantren Gedang. Buyutnya dari pihak ayah, Kiai Sihah, pendiri Pesantren Tambakberas. Semuanya pesantern itu berada di Jombang. 
Sampai umur 13 tahun, Hasyim belajar kepada orangtuanya sendiri sampai pada taraf menjadi badal atau guru pengganti di Pesantren Keras. Muridnya tak jarang lebih tua dibandingkan dirinya. Pada umur 15 tahun, ia memulai pengembaraan ilmu ke berbagai pesantren di Jawa dan Madura: Probolinggo (Pesantren Wonokoyo), Tuban (Pesantren Langitan), Bangkalan, Madura (Pesantren Trenggilis dan Pesantren Kademangan), dan Sidoarjo (Pesantren Siwalan Panji). Pada pengembaraannya yang terakhir itulah, ia, setelah belajar lima tahun dan umurnya telah genap 21 tahun, tepatnya tahun 1891, diambil menantu oleh Kiai Ya`kub, pemimpin Pesantren Siwalan Panji. Ia dinikahkan dengan Khadijah.
Selama hidupnya, K.H. Hasyim menikah tujuh kali. Selain dengan Khadijah dan Nafisah, antara lain ia juga menikahi Nafiqah, dari Siwalan Panji, Masrurah, dari Pesantren Kapurejo, Kediri. Tahun 1899, 12 Rabi’ul Awwal 1317, ia mendirikan Pesantren Tebuireng. Lewat pesantren inilah K.H. Hasyim melancarkan pembaharuan sistem pendidikan keagamaan Islam tradisional, yaitu sistem musyawarah, sehingga para santri menjadi kreatif. Ia juga memperkenalkana pengetahuan umum dalam kurikulum pesantren, seperti Bahasa Melayu, Matematika, dan Ilmu Bumi. Bahkan sejak 1926 ditambah dengan Bahasa Belanda dan Sejarah Indonesia.
Kiai Cholil Bangkalan, gurunya, yang juga dianggap sebagai pemimpin spiritual para kiai Jawa, pun sangat menghormati dirinya. Dan setelah Kiai Cholil wafat, K.H. Hasyim-lah yang dianggap sebagai pemimpin spiritual para kiai. Menghadapi penjajah Belanda, K.H. Hasyim menjalankan politik non-kooperatif. Banyak fatwanya yang menolak kebijakan pemerintah kolonial. Fatwa yang paling spektakuler adalah fatwa jihad, yaitu, “Wajib hukumnya bagi umat Islam Indonesia berperang melawan Belanda.” Fatwa ini dikeluarkan menjelang meletusnya Peristiwa 10 November di Surabaya. Dalam paham keagamaan, pikiran yang paling mendasar Hasyim adalah pembelaannya terhadap cara beragama dengan sistem madzhab. Paham bermadzhab timbul sebagai upaya untuk memahami ajaran Al-Quran dan sunnah secara benar. Pandangan ini erat kaitannya dengan sikap beragama mayoritas muslim yang selama ini disebut Ahlussunnah wal Jama’ah.
·       K.H. Wahid Hasyim
Gus Wahid, demikian ia biasa disapa, lahir pada Jum’at 1 Juni 1914, dari pasangan K.H. Hasyim Asy`ari, pendiri NU, dan Nyai Nafiqah binti Kiai Ilyas. Ia anak lelaki pertama pasangan tersebut. Umur lima tahun, Wahid Hasyim mulai belajar mengaji kepada ayahnya, dan umur tujuh tahun sudah khatam Al-Quran. Umur l3 tahun, ia masuk pesantren di Siwalan Panji, Sidoarjo, Mojosari, Nganjuk, dan Lirboyo. Setelah itu ia belajar sendiri berbagai ilmu pengetahuan.  
Pada umur 25 tahun ia menikah dengan Solichah binti K.H. Bisri Syansuri. Mereka  pasangan yang serasi, termasuk dalam dunia politik. Ketika sang suami menjadi menteri, sang istri pun menjadi anggota DPR. Pasangan ini dikaruniai enam anak, empat laki-laki dan dua perempuan. Bulan Maret 1942, Jepang mendarat. Semua ormas dan orpol Islam dilarang, dan dibentuk MIAI. Kiai Wahid terpilih menjadi ketuanya. Kedudukan itu, belakangan, mengantar dirinya ke pusat perjuangan bangsa Indonesia di zaman Jepang. Ia menjadi anggota Cu Sangi In, kemudian Dokuritsu Zombi Cosakai, hingga Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
K.H. Wahid Hasyim adalah salah satu dari egaran orang yang menandatangani Piagam Jakarta. Sikapnya yang tegas tapi luwes menjadikannya egara yang dapat diterima oleh berbagai kalangan kendati umurnya baru sekitar 30 tahun. Suksesnya mengintegrasikan kelasykaran golongan Islam ke dalam TRI, dan kemudian TNI, mengantarnya menjadi penasihat Panglima Besar Soedirman hingga terjadi Clash I, pemberontakan PKI Madiun, dan Clash II. Setelah ayahnya wafat pada 25 Juli 1947, ia mengasuh Pesantren Tebuireng.
Dalam Kabinet Sukiman, ia menjadi menteri agama. Lima kali ia menjadi menteri. Yaitu menteri egara dalam Kabinet Presidentil I (1945), menteri egara dalam Kabinet Syahrir (1946-1947), menteri agama Kabinet RIS (1949- 1950), menteri agama Kabinet Natsir (1950- 1951), dan menteri agama Kabinet Sukiman (1951-1952).Setelah tidak menjadi menteri, ia aktif dalam Partai NU, yang saat itu baru memisahkan diri dari Partai Masyumi.Pada 19 April 1953, ia dipanggil ke haribaan Allah SWT dalam suatu kecelakaan lalu lintas di Cimindi, Cimahi, Jawa Barat, dalam usia 39 tahun. Jenazah dimakamkan di Tebuireng, hari itu juga. Dengan Keppres No. 206/1964 tertanggal 24 Agustus 1964, gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional disandangkan kepada K.H. Wahid Hasyim.
·        K.H. Abdurrahman Wahid
Saat Muktamar Nahdlatul Ulama di Situbondo, Jawa Timur, tahun 1984, sempat terjadi suasana yang panas. Bukan hanya karena konflik kubu Situbondo dan kubu Cipete, melainkan juga karena kubu Situbondo terancam pecah akibat K.H. Machrus Ali, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, menolak K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjadi ketua umum Tanfidziyah Pengurus Besar NU apabila tidak mau melepaskan jabatannya sebagai ketua Dewan Kesenian Jakarta. Alasannya, ketua umum PBNU tidak pantas ngurusi “kethoprak”.
Namun ternyata Gus Dur tidak mau mundur. Ia bersikeras lebih baik tidak jadi ketua umum PBNU daripada melepas jabatan ketua DKJ. Sikap keras Gus Dur sekilas tampak agak menyimpang dari tradisi keulamaan NU, yakni tunduk kepada kiai. Apalagi K.H. Machrus saat itu rais Syuriyah Pengurus Wilayah NU Jawa Timur.
Masalahnya kemudian terselesaikan saat K.H. Achmad Sidiq dari Jember bercerita kepada K.H. Machrus Ali. Ia bermimpi melihat K.H. Wahid Hasyim, ayah Gus Dur, berdiri di atas mimbar. Spontan K.H. Machrus berubah, sikap mendukung Gus Dur tanpa syarat. Ia menakwilkan mimpi itu, K.H. Wahid Hasyim merestui Gus Dur.
Sekalipun lebih tua, K.H. Machrus tawadhu kepada K.H. Wahid Hasyim, karena K.H. Wahid Hasyim adalah putra Hadratusy Syaikh K.H. Hasyim Asy`ari, pendiri NU dan gurunya.

Akhirnya Gus Dur terpilih sebagai ketua umum PBNU, dan pada dua muktamar berikutnya ia kembali terpilih sebagai ketua umum. Maka selama lima belas tahun (1984-1999) NU berada dalam kendali Gus Dur.
Kejadian di tahun 1984 itu menunjukkan kuatnya tradisi keulamaan di tubuh NU. Dua pilar dalam tradisi itu adalah nasab, yaitu atas dasar hubungan darah, dan hubungan patronase kiai-santri atau guru-murid.
 Gus Dur memiliki nasab yang sangat kuat, baik dari jalur ayah maupun ibu. Selain cucu K.H. Hasyim Asy-ari dari jalur ayah, ia pun cucu K.H. Bisri Syansuri dari jalur ibu. K.H. Bisri Syansuri, rais am ketiga NU dan pengasuh Ponpes Denanyar, Jombang, adalah ayahanda Hj. Solichah Wahid Hasyim, ibunda Gus Dur.
Dalam hubungan patronase kiai-santri, Ponpes Tebuireng merupakan ”kiblat”, khususnya semasa K.H. Hasyim Asy`ari. Banyak kiai besar yang belajar di Tebuireng. Dalam tradisi keulamaan NU, penghormatan seorang santri kepada putra kiainya sama dengan kepada kiainya. Bahkan, sampai kepada cucu kiainya. Karena itu, putra atau cucu kiai dipanggil “Gus”.
 Wajar jika Gus Dur memiliki superioritas tinggi di mata nahdliyin. Apalagi, ia juga memiliki kemampuan keilmuan yang dipandang sangat tinggi di antara para tokoh NU. Meskipun tidak dikenal sebagai spesialis dalam salah satu atau bebrapa cabang ilmu keislaman, ia sangat menguasai kitab kuning, juga kitab-kitab kontemporer yang disusun para ulama di masa belakangan. Selain mumpuni dalam ilmu-ilmu agama, ia pun menguasai berbagai ilmu lain dengan wawasan yang sangat luas.
 Di masa Gus Dur, pamor NU terus menaik. Ia berhasil membawa NU menjadi kekuatan yang berskala nasional sebagai pengimbang kekuasaan, yang waktu itu tak terimbangi oleh siapa pun. Setelah sebelumnya kurang diperhitungkan, kecuali di saat-saat pemilu, NU kemudian berubah menjadi betul-betul dikenal dan dihormati banyak pihak, baik dari dalam maupun luar negeri. Jika sebelumnya jarang dibicarakan orang, dalam waktu singkat NU berubah menjadi obyek studi dari banyak sarjana di mana-mana. Semua itu tak dapat dilepaskan dari peran Gus Dur, baik sebagai ketua umum PBNU maupun sebagai pribadi dalam berbagai kapasitasnya.
Ya, Gus Dur memang punya kharisma yang besar di mata para kiai, apalagi di depan umatnya. Umat NU ketika itu sedang mencari tokoh yang menjadi jendela menuju dunia modern. Ada kebanggaan di kalangan NU terhadap Gus Dur, karena ia membawa pesantren dan NU ke dunia luar yang luas. Ia membuka masyarakat NU untuk sadar bahwa kita hidup dalam dunia global.
 Sejak di bawah kepemimpinan Gus Dur, peran NU sebagai jam`iyyah maupun peran tokoh-tokohnya sebagai individu dari waktu ke waktu semakin kuat dan terus meluas, termasuk dalam politik. Meskipun secara resmi NU telah menyatakan diri kembali ke khiththah dan tidak lagi berpolitik praktis, pengaruh politiknya tak pernah surut, bahkan semakin menguat. Tokoh-tokoh NU yang terlibat di pentas politik, meskipun tidak mengatasnamakan NU, semakin banyak. 
Munculnya PKB dan partai-partai baru lainnya sangat mengandalkan dukungan warga NU.
Dinamika politik kemudian terus bergulir. Hanya berselang setahun tiga bulan setelah pendirian PKB, akhirnya pada bulan Oktober 1999 Gus Dur terpilih sebagai presiden RI yang keempat melalui pemilihan langsung yang dramatis di MPR. Itulah puncak karier NU di pentas politik. 

B.         Pesantren Sukorejo dan KH. As’ad Syamsul Arifin
a.     Sejarah
Pesantren yang berdiri di Sukorejo ini, pada awalnya adalah sebuah hutan lebat. Setelah mendapat saran dari Habib Musawa dan Kiai Asadullah dari Semarang, Kiai Syamsul Arifin, sebagai pendiri pondok, segera membabat hutan lebat tersebut sekitar tahun 1908 untuk mendirikan pesantren. Dipilihnya hutan yang banyak dihuni binatang buas tersebut, berdasarkan hasil istikharah . Kini pesantren tersebut telah menjadi agen pembangunan bagi masyarakat sekitarnya. Sosoknya tidak seperti œmenara gadingâ, tetapi justru terbuka dan menyatu dengan masyarakat sekitarnya. Tak heran, kalau masyarakat Situbondo merasakan manfaat atas kehadiran pondok pesantren ini.
PP Pondok Pesantren Salafiyah Safi’iyah Sukorejo berlokasi di desa Sukorejo Kecamatan Banyuputih didirikan tahun 1914 oleh Kiai Syamsul Arifin. Pondok pesantren ini menempati areal seluas 11,9 ha. Ciri khas pondok ini adalah perpaduan antara sistem salaf dan modern. Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah sudah sangat berkembang dengan jumlah santri mencapai kurang lebih 15000.
Para santri berasal dari seluruh Indonesia dan juga terdapat santri dari Singapura, Malasyia, dan Brunei Darussalam. Lembaga pendidikan yang dikembangkan di pesantren ini mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Saat ini pondok Pesantren Salafiyah Safi’iyah di asuh oleh KHR. ACHMAD FAWAID AS’AD

b.    KH. As’ad Syamsul Arifin
Kiai As’ad lahir tahur 1897 di Mekah ketika orangtuanya menunaikan ibadat haji.
Pendidikan: belajar di Pondok Tebuireng pimpinan K.H. Hasyim Asyari, PP Demangan Bangkalan asuhan KH. Syaikhona Cholil, PP Panji, Buduran, PP Tetango Sampang, PP Sidogiri Pasuruan, belajar di Mekkah selama 3 tahun berguru pada Sayyid Muhammad Amin Al-Qutby, Syekh Hasan Al-Massad, Sayyid Hasan Al-Yamani dan Syekh Abbas Al-Maliki, serta beberapa ulama besar lainnya.
Organisasi/karir: Setelah pemilu 1955, Kyai As’ad menjadi anggota konstituante sampai tahun 1959, Pada tahun 1971, Kyai As’ad menjadi DPRD Kabupaten Situbondo dan pada tahun 1977 beliau mendukuAs’ad Samsul Arifin atau dikenal dengan sebutan Kiai Haji Raden As’ad Samsul Arifin (lahir pada tahun 1897 di Mekah – meninggal 4 Agustus 1990 di Situbondo pada umur 93 tahun) adalah pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah di Desa Sukorejo, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo. Ia adalah ulama besar sekaligus tokoh dari Nahdlatul Ulama dengan jabatan terakhir sebagai Dewan Penasihat (Musytasar) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama hingga akhir hayatnya.[1][4] Ia adalah penyampai pesan (Isyarah) yang berupa tongkat disertai ayat al-Qur’an dari K.H. Kholil Bangkalan untuk K.H. Hasyim Asy’ari, yang merupakan cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama.
Pendidikan
Sebagai anak seorang ulama, sejak kecil Kiai As’ad sudah mendapat pendidikan agama yang diajarkan langsung oleh ayahnya.[1] Setelah beranjak remaja, ia dikirim ayahnya untuk belajar di Pondok Pesantren Banyuanyar, Pamekasan, sebuah pesantren tua yang didirikan oleh K.H. Itsbat Hasan pada tahun 1785[1] Di Pondok Pesantren tersebut, Kiai As’ad diasuh oleh K.H. Abdul Majid dan K.H. Abdul Hamid, keturunan dari K.H. Itsbat.[1]
Setelah tiga tahun belajar di Pesantren Banyuanyar (1910-1913), ia kemudian dikirimkan ayahnya ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji dan melanjutkan belajarnya di sana.[1] Di Mekah, ia masuk ke Madrasah Shalatiyah, sebuah madrasah yang sebagian besar murid dan guru-gurunya berasal dari al-Jawi (Melayu).[1] Ia belajar ilmu-ilmu keislaman kepada ulama-ulama terkenal, baik yang berasal dari al-Jawi (Melayu) maupun dari Timur Tengah.[1]
Di antara guru-guru Kiai As’ad ketika belajar di Mekah antara lain: [1]
Syeikh Abbas al-Maliki
Syeikh Hasan al-Yamani
Syeikh Muhammad Amin al-Quthbi
Syeikh Hasan al-Massad
Syeikh Bakir (K.H. Bakir asal Yogyakarta)
Syeikh Syarif as-Sinqithi
Setelah beberapa tahun belajar di Mekah, Kiai As’ad kemudian pulang ke Indonesia.[1] Setelah sampai di kampungnya, ia tidak langsung mengajar di pesantren ayahnya, Kiai As’ad memutuskan untuk memperdalam ilmunya dan melanjutkan belajarnya. [1] Ia pergi ke berbagai pesantren dan singgah dari pesantren satu ke pesantren lain, baik untuk belajar maupun hanya untuk ngalaf barakah (mengharap berkah) dari para kiai.[1]
Pada tahun 1908, setelah pindah ke Situbondo, Kiai As’ad dan ayahnya beserta para santri yang ikut datang dari Madura membabat alas (menebang hutan) di Dusun Sukorejo untuk didirikan pesantren dan perkampungan.[2][3] Pemilihan tempat tersebut atas saran dua ulama terkemuka asal Semarang, Habib Hasan Musawa dan Kiai Asadullah.[2]
Usaha Kiai As’ad dan ayahnya tersebut akhirnya terwujud.[3] Sebuah pesantren kecil yang hanya terdiri dari beberapa gubuk kecil, mushala, dan asrama santri yang saat itu masih dihuni beberapa orang saja.[3]
Sejak tahun 1914, pesantren tersebut berkembang bersamaan dengan datangnya para santri dari berbagai daerah sekitar.[3] Pesantren tersebutlah yang akhirnya dikenal dengan nama Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah.[3]
Setelah K.H. Samsul Arifin meninggal pada tahun 1951, pondok pesantren tersebut ganti diasuh oleh Kiai As’ad.[1] Di bawah kepemimpinan Kiai As’ad, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah berkembang semakin pesat, dengan bertambahnya santri hingga mencapai ribuan.[1] Kemudian, lembaga pendidikan dari pesantren tersebut akhirnya semakin diperluas, tanpa meninggalkan sistem lama yang menunjukkan ciri khas pesantren.[1] Pesantren tersebut mendirikan Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah, kemudian didirikan pula sekolah umum seperti SMP, SMA, dan SMEA
c.     Fenomena KIAI AS’AD SYAMSUL ARIFIN
Sosok sederhana dan hobinya blusukan ini, memang memiliki keperibadian yang kuat: istiqamahy jujur, berani dan tidak suka menonjol. Karena ketawadhuannya, banyak gagasan-gagasan Kiai As’ad Syamsul Arifin yang tidak terkomunikasikan dengan baik selama itu. Ada karya-karya tulis beliau yang hanya ditulis tangan, atau kemudian difotocopy, untuk kalangan terbatas. Namun sejak Pesantren Sukorejo, yang diwariskan oleh ayahnya, KH Syamsul Arifin ini mulai terbuka, bahkan puncaknya adalah ketika diadakan Munas dan Muktamar yang dihadiri Presiden Soeharto (1984), maka mulailah masyarakat mengetahui peran Kiai As’ad dalam bidang-bidang pendidikan, dakwah, sosial dan politik, khususnya di wilayah yang diberi nama “tapal kuda”. Kawasan tersebut dikenal sebagai daerah migran suku Madura yang secara emosional sangat dekat dengan Kiai As’ad Syamsul Arifin.
Pada masa perjuangan pra kemerdekaan, peran Kiai As’ad Syamsul Arifin tidak dapat dimungkiri siapapun. As’ad muda kala itu, meski berperawakan kurus dan cenderung pendiam, namun dikenal sebagai lelaki pemberani dan berwibawa. Kiai As’ad menggunakan tenaga preman ini—setelah didakwahi—untuk bersama melakukan perlawanan fisik kepada penjajah Belanda.
Habib Hadi Al-Haddar dari Bondowoso memberikan kesaksian: betapa berani As’ad muda, beliau seperti kehilangan “urat takutnya ketika berada di Kalisat (Jember) merampas senjata penjajah Belanda di gudang amunisi. Operasi gerilya yang mengandung resiko tinggi dengan tantangan maut ini hanya dilakukan dua orang: Kiai As’ad dan teman dekatnya Habib Hadi tadi. Dan pada agresi sekutu menjelang Kemerdekaan tahun 1945, Kiai As’ad seperti
dituturkan Habib Hadi memimpin penyerbuan terhadap kantong-kantong pertahanan Belanda.
BISA MUNCUL DI BANYAK TEMPAT
Lebih jauh, KH Fawaid bahkan menceritakan, ada kisah lain yang mengisyaratkan bahwa KH As’ad memang bukanlah ulama sembarangan. Kisah itu terjadi pada saat Kiai Mujib (teman KH As’ad) diajak KH As’ad menghadiri delapan acara walimah haji yang berada di luar kota.
Keduanya pun berangkat dari rumah, sekitar pukul 20.30 WIB. Namun anehnya, Kiai Mujib baru merasakan keajaiban yang dialaminya setelah kembali ke Sukorejo. Dia kaget lantaran delapan lokasi acara walimah haji yang didatangi oleh KH As’ad ternyata hanya ditempuh dalam waktu dua jam.
“Padahal, perjalanan pulang pergi aja memerlukan waktu dua jam, sementara mereka harus mengunjungi delapan kali acara yang tempatnya masing-masing sangat berjauhan. Ini belum lagi dihitung waktu KH As’ad memberi ceramah dan jamuan makan, yang tentu saja memakan waktu tidak sebentar. Ini ajaib. Mana mungkin perjalanan yang seharusnya memakan waktu dua jam plus semua acara yang tempatnya saling berjauhan dan memakan waktu berjam-jam itu, bisa dilakukan hanya dengan dua jam?” ungkap KH Fawaid.
Kiai Mujib pun mengemukakan kebingungannya itu kepada sopir KH As’ad, H Abdul Aziz.
“Iya..ya, kenapa bisa begitu?” katanya sambil berulang kali melihat jam tangannya untuk meyakinkan diri bahwa saat itu memang baru pukul 22.30 WIB.
“Usut punya usut, seminggu kemudian. Di Sukorejo, Haji Aziz akhirnya memperoleh info mengenai keributan yang hampir saja terjadi di antar pemilik delapan acara walimah tersebut karena masing-masing ngotot didatangi kiai pada saat yang bersamaan. Akhirnya, mereka sama-sama heran, sebab masing-masing mempunyai bukti berupa foto ketika kiai berada di rumah-rumah mereka,” imbuh KH Fawaid.
Peristiwa seperti itu tampaknya juga pernah dialami sendiri oleh KH As’ad ketika muda. Dia heran, ada kiai yang menjadi imam salat Jumat di tiga masjid dalam waktu yang bersamaan. Menurut kisah, KH As’ad bermakmum saat salat Jumat dengan imam Kiai Asadullah di Masjid Besuki. Bupati Situbondo, yang mendengar hal itu, membantah dan sambil ngotot mengatakan bahwa Kiai Asadullah hari itu mengimmi salat Jumat di Situbondo, bahkan sang bupati mengaku berdiri tepat di belakangnya. Penghulu Asembagus yang kebetulan mendengar pertikaian itu, malah menimpali bahwa Kiai Asadullah menjadi imam masjid di daerahnya.

C.          Masjid Tiban Turen Malang
a.     Sejarah
Masjid Ajaib atau juga Masjid Tiban atau Masjid Jin adalah sebenarnya Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah yang terletak di Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah (Bi Ba’a Fadlrah). Nama yang cukup panjang yang mempunyai makna Laut Madu atau, “Fadilah Rohmat” (Segarane, Segara, Madune, Fadhole Rohmat-terjemahan Bahasa Jawa).
Disebut Masjid tiban karena Konon masjid yang sangat megah ini dibangun tanpa sepengetahuan warga sekitar, dan menurut mitos dibangun oleh jin dalam waktu hanya semalam. Namun, ketika desas-desus ini dikonfirmasi kepada “orang dalam”, dikatakan bahwa pembangunan masjid – yang sebenarnya merupakan kompleks pondok pesantren secara keseluruhan – semua bersifat transparan karena dikerjakan oleh santri dan jamaah.
Bantahan dari “orang dalam” itu jelas sekali terpampang di depan meja penerima tamu dengan tulisan besar-besar, “Apabila ada orang yang mengatakan bahwa ini adalah pondok tiban (pondok muncul dengan sendirinya), dibangun oleh jin dsb., itu tidak benar. Karena bangunan ini adalah Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah yang murni dibangun oleh para santri dan jamaah.”
Pondok Pesantren tersebut konon mulai dibangun pada tahun 1978 oleh Romo Kiai Haji Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam, atau yang akrab disapa Romo Kiai Ahmad. Bangunan utama pondok dan masjid tersebut sudah mencapai 10 lantai, tingkat 1 sampai dengan 4 digunakan sebagai tempat kegiatan para Santri Pondokan, lantai 6 seperti ruang keluarga, sedangkan lantai 5, 7, 8 terdapat toko-toko kecil yang di kelola oleh para Santriwati (Santri Wanita), berbagai macam makanan ringan dijual dengan harga murah, selain itu ada juga barang-barang yang dijual berupa pakaian Sarung, Sajadah, Jilbab, Tasbih dan sebagainya.
     Tak hanya unik, di dalam ponpes tersebut juga tersedia kolam renang, dilengkapi perahu yang hanya khusus untuk dinaiki wisatawan anak-anak. Di dalam komplek ponpes itu juga terdapat berbagai jenis binatang seperti kijang, monyet, kelinci, aneka jenis ayam dan burung.
Arsitek dari pembangunan ponpes ini bukanlah seseorang yang belajar dari ilmu arsitektur perguruan tinggi, melainkan hasil dari istikharah pemilik pondok, KH Achmad Bahru Mafdloludin Sholeh. Karenanya, bentuknya menjadi sangat unik, seperti perpaduan timur tengah, china dan modern. Untuk pembangunannya pun tidak menggunakan alat-alat berat dan modern seperti halnya untuk membangun gedung bertingkat. Semuanya dikerjakan oleh para santri yang berjumlah 250 orang dan beberapa penduduk di sekitar pondok. Romo Kiai sudah mulai membangun pondok dengan material apa adanya. Contohnya, waktu itu adanya baru batu merah saja maka batu merah itulah yang dipasang dengan luluh (adonan) dari tanah liat (lumpur atau ledok).
b.    Tujuan Untuk Dibangun
Masjid ini selain sebagai tempat ibadah juga sebagai pemersatu umat Islam dalam mengkaji Islam. Karena selain berfungsi sebagai masjid, tempat ini juga sebagai pondok pesantren yang berfungsi untuk mempelajari Islam secara dalam. Bangunannya yang indah dan megah membuat banyak orang yang datang untuk berkunjung ke masjid Turen ini. Mereka mengaggumi kuasa sang pencipta, karena atas hidayahnya yang telah diberikan kepada para pendiri dan masyarakat sekitar masjid ini dapat berdiri kokoh. Dengan adanya masjid itu, banyak masyarakat yang mendalami islam secara baik.
D.         UIN MALANG

a.     Profil Universitas
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang berdiri berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 50 tanggal 21 Juni 2004. Bermula dari gagasan para tokoh Jawa Timur untuk mendirikan lembaga pendidikan tinggi Islam di bawah Departemen Agama, dibentuklah Panitia Pendirian IAIN Cabang Surabaya melalui Surat Keputusan Menteri Agama No. 17 Tahun 1961 yang bertugas untuk mendirikan Fakultas Syari’ah yang berkedudukan di Surabaya dan Fakultas Tarbiyah yang berkedudukan di Malang. Keduanya merupakan fakultas cabang IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan diresmikan bersamaan oleh Menteri Agama pada 28 Oktober 1961. Pada 1 Oktober 1964 didirikan juga Fakultas Ushuluddin yang berkedudukan di Kediri melalui Surat Keputusan Menteri Agama No. 66/1964.
Dalam perkembangannya, ketiga fakultas cabang tersebut digabung dan secara struktural berada di bawah naungan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel yang didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama No. 20 tahun 1965. Sejak saat itu, Fakultas Tarbiyah Malang merupakan fakultas cabang IAIN Sunan Ampel. Melalui Keputusan Presiden No. 11 Tahun 1997, pada pertengahan 1997 Fakultas Tarbiyah Malang IAIN Sunan Ampel beralih status menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malang bersamaan dengan perubahan status kelembagaan semua fakultas cabang di lingkungan IAIN se-Indonesia yang berjumlah 33 buah. Dengan demikian, sejak saat itu pula STAIN Malang merupakan lembaga pendidikan tinggi Islam otonom yang lepas dari IAIN Sunan Ampel.
Di dalam rencana strategis pengembangannya sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis Pengembangan STAIN Malang Sepuluh Tahun ke Depan (1998/1999-2008/2009), pada paruh kedua waktu periode pengembangannya STAIN Malang mencanangkan mengubah status kelembagaannya menjadi universitas. Melalui upaya yang sungguh-sungguh usulan menjadi universitas disetujui Presiden melalui Surat Keputusan Presiden RI No. 50, tanggal 21 Juni 2004 dan diresmikan oleh Menko Kesra Prof. H. A. Malik Fadjar, M.Sc atas nama Presiden pada 8 Oktober 2004 dengan nama Universitas Islam Negeri (UIN) Malang dengan tugas utamanya adalah menyelenggarakan program pendidikan tinggi bidang ilmu agama Islam dan bidang ilmu umum. Dengan demikian, 21 Juni 2004 dijadikan sebagai hari kelahiran Universitas ini.
Sempat bernama Universitas Islam Indonesia-Sudan (UIIS) sebagai implementasi kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Sudan dan diresmikan oleh Wakil Presiden RI, Dr. (Hc) H. Hamzah Haz pada 21 Juli 2002 yang juga dihadiri oleh para pejabat tinggi pemerintah Sudan. Secara spesifik akademik, Universitas ini mengembangkan ilmu pengetahuan tidak saja bersumber dari metode-metode ilmiah melalui penalaran logis seperti observasi, eksperimentasi, survei, wawancara, dan sebagainya. Tetapi, juga dari al-Qur’an dan Hadits yang selanjutnya disebut paradigma integrasi. Oleh karena itu, posisi matakuliah studi keislaman: al-Qur’an, Hadits, dan Fiqih menjadi sangat sentral dalam kerangka integrasi keilmuan tersebut.
b.    Ciri Khusus UIN Malang
Ciri khusus lain Universitas ini sebagai implikasi dari model pengembangan keilmuannya adalah keharusan bagi seluruh anggota sivitas akademika untuk menguasai bahasa Arab dan bahasa Inggris. Melalui bahasa Arab, diharapkan mereka mampu melakukan kajian Islam melalui sumber aslinya, yaitu al-Qur’an dan Hadis, dan melalui bahasa Inggris mereka diharapkan mampu mengkaji ilmu-ilmu umum dan modern, selain sebagai piranti komunikasi global. Karena itu pula, Universitas ini disebut bilingual university. Untuk mencapai maksud terse-but, dikembangkan ma’had atau pesantren kampus di mana seluruh mahasiswa tahun pertama harus tinggal di ma’had. Karena itu, pendidikan di Universitas ini merupakan sintesis antara tradisi universitas dan ma’had atau pesantren.
Melalui model pendidikan semacam itu, diharapkan akan lahir lulusan yang berpredikat ulama yang intelek profesional dan/atau intelek profesional yang ulama. Ciri utama sosok lulusan demikian adalah tidak saja menguasai disiplin ilmu masing-masing sesuai pilihannya, tetapi juga menguasai al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber utama ajaran Islam.
c.     Fakultas UIN Malang
Secara kelembagaan, sampai saat ini Universitas ini memiliki 6 (enam) fakultas dan 1 (satu) Program Pascasarjana, yaitu: (1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, menyelenggarakan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), (2) Fakultas Syari’ah, menyelenggarakan Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah dan Hukum Bisnis Syari’ah (3) Fakultas Humaniora, menyelenggarakan Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, dan Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, dan Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (4) Fakultas Ekonomi, menyelenggarakan Jurusan Manajemen, Akuntansi, Diploma III Perbankan Syariah, dan S-1 Perbankan Syariah (5) Fakultas Psikologi, dan (6) Fakultas Sains dan Teknologi, menyelenggarakan Jurusan Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, Teknik Informatika, Teknik Arsitektur dan Farmasi. Adapun Program Pascasarjana mengembangkan 6 (enam) program studi magister, yaitu: (1) Program Magister Manajemen Pendidikan Islam, (2) Program Magister Pendidikan Bahasa Arab, (3) Program Magister Agama Islam, (4) Program Magister Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), (5) Program Magister Pendidikan Agama Islam, dan (6) Program Magister al-Ahwal al-Syakhshiyyah. Sedangkan untuk program doktor dikembangkan 2 (dua) program yaitu (1) Program Doktor Manajemen Pendidikan Islam dan (2) Program Doktor Pendidikan Bahasa Arab.

E.           Tanah Lot
a.     Lokasi
Objek wisata tanah lot terletak di Beraban, Kediri, Tabanan, sekitar 13 kilometer di sebelah selatan Kota Tabanan.Di sebelah utara Pura Tanah Lot, sebuah pura lain yang dibangun di atas tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan Pura dengan daratan dan berbentuk seperti jembatan (melengkung). Pura ini disebut Pura Karang Bolong.
Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa, yaitu Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu, penguasa Tanah Lot yang bernama Bendesa Beraben merasa iri kepadanya karena para pengikutnya mulai pergi untuk mengikuti Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben kemudian menyuruh Danghyang Nirartha meninggalkan Tanah Lot. Danghyang Nirartha menyanggupi, tetapi sebelumnya ia dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan membangun pura di sana. Ia juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular cobra. Akhirnya disebutkan bahwa Bendesa Beraben menjadi pengikut Danghyang Nirartha.
b.    Pura Tanah Lot
Terdapat 8 pura suci yang ada disekitar area Tanah Lot, masing-masing dengan fungsi dan tujuan sendiri.
1)   Pura Penataran – berlokasi di bagian utara dari Pura Tanah Lot, pura untuk memuja Tuhan dan manifestasi-NYA untuk kebahagiaan dan kesejahteraan.
2)   Pura Penyawang – berlokasi di bagian barat dari Pura Penataran, ini adalah tempat alternatif untuk bersembahyang karena pada saat air laut pasang orang-orang yang ingin bersembahyang tidak bisa naik dan masuk ke Pura Tanah Lot.
3)   Pura Jero Kandang – berlokasi sekitar 100 meter di sebelah barat Pura Penyawang, pura ini dibangun untuk memohon kepada Tuhan agar diberikan kesejahteraan dan keselamatan bagi ternak dan tanaman.
4)   Pura Enjung Galuh – berlokasi dekat dengan Pura Jero Kandang, pura ini dibangun untuk memuja Dewi Sri untuk kesuburan tanah dan pertanian.
5)   Pura Batu Bolong – berlokasi sekitar 100 meter disebelah barat Pura Enjung Galuh, pura ini digunakan pada saat upacara Melasti atau upacara penyucian.
6)   Pura Batu Mejan – berlokasi kurang lebih 100 meter pada bagian barat Pura Batu Bolong, Pura Batu Mejan juga disebut Pura Beji. Beji berarti mata air dalam bahasa Bali, masyarakat percaya bahwa air suci dari mata air ini bisa menyucikan segala sesuatu dari keburukan atau unsur-unsur negatif.
7)   Monumen Tri Antaka – Monumen ini dibuat untuk menghormati 3 pahlawan Bali, yaitu: I gusti Ketut Kereg, I Wayan Kamias dan I Nyoman Regug, yang telah berperang untuk mempertahankan pulau Bali dari penjajah tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration) pada Juni 1946 di kawasan Tanah Lot.
8)   Pura Pakendungan – Berlokasi di bagian Barat kira-kira 300 meter dari Pura Tanah Lot. Di Pura Pekendungan inilah tempat dimana Dang Hyang Nirartha bermeditasi dan juga ditempat inilah keris sakti Jaramenara diberikan kepada Bendesa Beraban Sakti

c.     Sejarah Pura Tanah Lot
Sejarah berdirinya Pura Tanah Lot sangat erat kaitannya dengan perjalanan suci dari Blambangan (pulau Jawa) ke Pulau Bali dari seorang pendeta suci yang bernama DangHyang Nirartha untuk menyebarkan agama Hindu di pulau dewata, masyarakat juga menyebut Beliau dengan sebutan DangHyang Dwijendra atau Pedanda Sakti Wawu Rauh. Pemimpin (Raja) di Bali pada saat itu adalah Raja Dalem Waturenggong sekitar abad ke-16 Masehi.
Di dalam Dwijendra Tatwa di jelaskan suatu ketika Dang Hyang Nirartha kembali ke Pura Rambut Siwi dalam perjalanannya ke pulau Bali, dimana Beliau pertama kali tiba di Bali dari Blambangan pada tahun Saka 1411 atau 1489 Masehi, Beliau telah berhenti di Pura Rambut Siwi ini. Ketika berada di Pura ini untuk beberapa saat, kemudian Beliau melanjutkan perjalanannya menuju Timur (Purwa) dan sebelum meninggalkan tempat itu Beliau menyempatkan diri untuk melakukan upacara “Surya Cewana” dengan masyarakat disekitar sana, setelah memercikkan air suci (tirtha) kepada masyarakat yang ikut bergabung dalam persembahyangan kemudian Beliau meninggalkan pura dan berjalan melanjutkan perjalanan ke Timur, perjalanan Beliau melewati pesisir pantai selatan pulau Bali dan diikuti oleh beberapa pengikut setia Beliau.
d.    Ular Suci Tanah Lot dan Mitos
Keunikan dari Tanah Lot adalah terkait dengan mitos dari masyarakat setempat tentang ular suci yang ada di Pura Tanah Lot, ular suci Tanah Lot dipercaya sebagai penjaga dan penyelamat dari Pura Tanah Lot dari serangan-serangan jahat yang mengganggu kesucian pura. Jenis ular itu dari bahasa Latin bernama Bungarus Candidus, ular laut yang sangat berbisa dan berbahaya, pada tubuhnya mempunyai warna hitam dan putih melingkar. Ular suci ini akan menyerang siapa saja yang ingin berbuat jahat dan ingin merusak keberadaan dan kesucian Pura Tanah Lot, tetapi meskipun begitu ular suci ini akan tetap diam dan tenang di dalam goa yang terdapat di sudut karang yang ada di dekat Pura Tanah Lot, bahkan pengunjung pun bisa menyentuh dan mengelus-elus ular suci ini tanpa khawatir akan serangan balik dari ular ini dan tentu saja kita akan ditemani oleh seseorang yang mengerti akan karakter dari ular suci ini. Masyarakat setempat juga mempercayai dengan menyentuh ular suci ini sambil berdoa maka apa yang kita inginkan akan terkabulkan, sebuah mitos yang boleh dipercaya atau tidak.
F.           Danau Bedugul
a.     Lokasi
Bedugul adalah sebuah daerah atau kawasan wisata yang terletak di desa Candikuning, kecamatan Bedugul, kabupaten Tabanan. Terletak kira-kira 54 km dari kota Denpasar, Bedugul adalah sebuah daerah pegunungan yang mempunyai udara yang sejuk dengan pemandangan yang indah dari danau Beratan/Bratan yang membuat daerah ini menjadi tempat wisata yang menarik dan terkenal yang wajib dikunjungi di Bali dan salah satu tujuan wisata yang terbaik di pulau Dewata yang dikunjungi oleh ribPura Ulun Danu Beratan adalah sebuah tempat suci umat Hindu yang terletak di ujung danau Beratan, yang berada di kawasan wisata Bedugul, desa Candikuning, kecamatan Baturiti, kabupaten Tabanan, Bali. Dengan jarak tempuh kira-kira 56 km dari kota Denpasar dengan melewati jalan raya Denpasar – Singaraja, pura Ulun Danu Bratan adalah sebuah pura suci Hindu yang sangat terkenal di pulau Bali dan ketika air danau Bratan ini naik/pasang maka pura Ulun Danu akan terlihat seperti mengambang diatas air.

b.    Sejarah Pura Ulun
Sejarah pura Ulun Danu Bratan ini dapat diketahui berdasarkan data arkeologi dan data sejarah yang terdapat pada lontar babad Mengwi. Berdasarkan data arkeologi yang terdapat dan berlokasi pada halaman depan pura Ulun Danu Bedugul ini adalah terdapat peninggalan benda-benda bersejarah seperti sebuah Sarkofagus batu dan papan batu yang diperkirakan telah ada sejak zaman megalitikum, sekitar 500 tahun sebelum Masehi. Kedua artefak tersebut sampai sekarang diletakkan di halaman teras (babaturan) pura Ulun Danu. Dapat diperkirakan lokasi di Pura Ulun Danu Beratan ini telah digunakan sebagai tempat untuk mengadakan ritual sejak jaman tradisi megalitikum di pulau dewata.
Berdasarkan dari Babad Mengwi, I Gusti Agung Putu sebagai pendiri dari kerajaan Mengwi telah mendirikan pura yang berada di ujung danau Beratan sebelum beliau mendirikan pura Taman Ayun, tidak dijelaskan dalam lontar babad Mengwi kapan tepat nya beliau mendirikan Pura Ulun Danu Beratan, tetapi dijelaskan tentang pendirian pura Taman Ayun dan upacaranya pada hari Anggara Kliwon Medangsia, tahun Çaka 1556 (tahun 1634 setelah Masehi). Berdasarkan dari deskripsi dari babad Mengwi tersebut diketahui pura Ulun Danu Bratan didirikan sebelum tahun Saka 1556 oleh Ulun Danu Beratan: Pura Di Atas Danau Bratan Bedugul Bali I Gusti Agung Putu. Sejak pendirian pura tersebut, kerajaan Mengwi menjadi tenteram dan sejahtera dan masyarakat pun menjuluki beliau “I Gusti Agung Sakti
Komplek pura Ulun Danu Beratan terdiri dari 4 pura, diantaranya adalah:
Pura Lingga Petak, Pura Penataran Pucak Mangu, Pura Terate Bang, dan Pura Dalem Purwa yang digunakan untuk memuja Tuhan dalam bentuk Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa) untuk memohon anugerah kesuburan, kemakmuran, kesejahteraan manusia dan untuk keseimbangan alam semesta.Pura Ulun Danu Beratan Bedugul sangat terkenal dengan keindahannya yang menjadikan tempat ini sebagai tempat wisata favorit di pulau Bali. Tidak jauh dari lokasi pura terdapat beberapa akomodasi seperti hotel, villa, restoran untuk kenyamanan wisatawan, juga terdapat halaman parkir yang luas dan toko-toko suvenir untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang mengunjungi objek wisata pura Ulun Danu Beratan Bedugul ini. Tidak jauh dari objek wisata pura Ulun Danu juga terdapat tempat wisata menarik seperti Kebun Raya Bedugul dan pasar buah-buahan dan sayur-sayuran tradisional Bedugul.
c.     Fasilitas
Objek wisata Bedugul juga di fasilitasi oleh beberapa akomodasi yang memadai seperti hotel, villa, restoran dan juga terdapat wisata air di kawasan danau Bratan seperti bermain kano, jetski, ataupun parasailing. Bedugul terletak di ketinggian ± 1240 m diatas permukaan laut, dan mempunyai temperatur ± 18° c pada malam hari dan ± 24° c pada siang hari. Beberapa Pura lainnya yang ada di Kabupaten Tabanan:
-         Pura Batukaru: Tempat Suci di Lereng Gunung Batukaru Bali

G.          JOGER
a.     Letak
Joger Bali dikenal dengan pabrik kata-kata yang berlokasi di kawasan jalan raya Kuta. Tempatnya sangat strategis dan menempuh waktu 10 menit dari bandara Ngurah Rai jika tidak terjadi kemacetan. Untuk pastinya, alamat Joger Bali berada di Jalan Raya Kuta dekat supermarket Supernova. 


b.    Pendiri
Joseph Theodorus Wuliandi (lahir di Denpasar, 5 September 1951; umur 64 tahun) adalah pendiri dan pemilik pabrik Joger. Pada sekitar tahun 1970an, ia yang sedang menempuh kuliah di Hotelfachshule, Bad Wiesee, Jerman Barat, berkenalan dengan Gerhard Seeger. Keduanya menjadi kawan akrab yang sangat baik seperti saudara mungkin. Saking baiknya, saat Mr Joger menikah dengan istrinya Ibu Ery Kusdarijati, Mr Gerhard Seeger rela memberikan hadiah uang sebesar USD 20.000.
Uang yang banyak itu, jika di rupiahkan, akhirnya dipakai untuk modal usaha. Awalnya sih tak terpikirkan nama apa, tapi karena mengingat kebaikan sang sahabat, jadilah Pak Joseph menggunakan nama Gerhard dalam bisnisnya. Pak Joseph berinisiatif menggabungkan namanya dan Mr. Gerhard menjadi satu. Jadilah nama Joger tersebut, jika dilihat seksama merupakan gabungan Joseph dan Gerhard. Bermula dari satu toko souvenir kecil di Jalan Sulawesi, Denpasar, di depan Pasar Badung, nama Joger resmi dilahirkan tanggal 19 Januari 1981.
c.     sejarah
Joger mungkin di telinga anda kata Joger sudah tidak asing lagi, apalagi yang sudah pernah melancong ke Pulau Bali. Produk – produk dari joger seperti Kaos, Tas, Sendal, dan Furnitur lainnya. Namun selain kita sudah mengenal product – product joger kita harus tahu juga sejak joger hingga bisa seperti saat ini.
Kata joger merupakan gabungan dari 5 Huruf yaitu J . O . G . E . R jika kita cari di kamus bahasa indonesia kata ini belum memiliki arti, ia itu pasti karena kaya JOGER itu sendiri bukan di ambil dari kata yang ada sebelumnya. Pada tahun 1980 Pak Joseph Theodorus Wulianadi (pemilik joger) mengawali usahanya di sebuah pertokoan di Jl. Sulawesi 37, Denpasar. Awalnya Joseph Theodorus Wulianadi belum memiliki nama untuk Toko kecilnya itu tidak seperti toko – toko yang berada di sekitarnya sampai – sampai Dinas perdagangan Denpasar meminta agar Toko yang dimilikinya segera di berikan nama sehingga mudah di bedakan antara toko – tokok yang berada di sekitarnya. Pada tanggal 9 bulan 9 tahun 1951 Joseph Theodorus Wulianadi merenungkan diri di atas tempat tidurnya beliau merenungkan nama apa yang cocok untuk Tokonya itu. Yang jelas Joseph Theodorus Wulianadi tidak ingin nama tokonya di berikan dengan nama yang umum atau yang biasa kita lihat di pasar – pasar atau toko biasa, beliau ingin nama tokonya itu bernama yang Unik artinya nama yang muncul dari dalam hati nurani. Seiring detik jam berjalan Tuan Joseph Theodorus Wulianadi teringat dengan jasa besar dari Mr. Gerhard dimana dia telah memberikan dana sebesar $ 20.000 sebagai hadiah pernikahan Joseph Theodorus Wulianadi dengan Istri tercintanya Ery Kusdarijati, Mr. Gerhard merupakan teman sekolahnya dulu  di Hotelfachshule, Bad Wiesee, Jerman Barat, tahun 1970-an.
Dengan berjalannya waktu detik jam akhirnya tuan Joseph menggabungkan nama “Joseph” dan nama temannya “Gerhard” sehingga dari nama tersebut diambilah 2 karakter dari kiri dari nama Joseph = JO dan 3 karakter dari kiri Gerhard = GER sehingga jika digabungkan menjadi JOGER.
     Dan pada tanggal 19 Januari 1981 merupakan hari lahir joger dimana nama joger pertama kalinya digunakan sebagai nama Toko tuan Joseph namun nama Tokonya saat itu belum murni JOGER tapi “ART & BATIK SHOP JOGER” awalnya masyarakat belum tau dan belum tertarik dengan Product yang di jual oleh toko ini namun karena seiring berjalannya waktu dan tren yang terus bergerak akhirnya product – product Toko Joger di terima dan menarik banyak masyarakat karena setiap barang seperti Kaos dan souvenir – souvenir lainnya terdapata  kata – kata yang unik khas Joger. Hingga akhirnnya nama Joger menjadi nama besar dan harum. Pada tanggal 7 Juli 1987 diputuskan bahwa joger hanya akan di buka di satu toko di Bali dimana hanya akan bisa di jumpai di Jl. Raya Kuta – Bali. Dan sejak tahun 1990-an hingga saat ini Joger di sebut sebagai PABRIK KATA – KATA.

d.    Fasilitas dan Outlet Cabang
Ketika memasuki pintu outlet ini, setiap pengunjung akan disapa dengan ramah dan akan ditempeli stiker sebagai tanda masuk. Ada ruangan yang khusus memajang koleksi T-shirt, ruangan khusus souvenir seperti mug, sandal, gantungan kunci dan jam terbalik. Joger Bali hanya satu-satunya tempat di Indonesia yang menjual jam terbalik dan merupakan ciri khas oleh-oleh Joger Bali. Ada juga ruangan di pojok yang menawarkan souvenir berupa guci dan pernak-pernik lainnya.
Bali Joger Tempat Belanja Oleh-Oleh
Harganya pun bervariasi dengan kualitas yang sangat diutamakan. Hampir tiap hari tempat ini ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara. Terutama saat musim liburan, Idul Fitri, Natal, maupun menjelang tahun baru. Tempatnya yang sangat strategis dengan produk yang unik-unik membuat toko ini tidak pernah sepi pengunjung. Sehingga para pengunjung sering kehabisan stock ukuran baju. Sebaiknya berkunjung tidak pada musim liburan maupun hari raya. Jadi akan bebas memilih dan tidak kehabisan ukuran.
Areal parkir yang disediakan tidak cukup luas, sehingga sering terjadi kemacetan saat toko ini ramai pengunjung. Terutama saat liburan sekolah. Banyak pelajar dari luar Bali yang mengunakan kendaraan roda empat memenuhi areal parkir ini. Namun hal ini tidak menjadi kendala untuk tidak berkunjung ke toko ini.
e.     Outlet Cabang
Selain di jalan raya Kuta, Joger kini telah membuka cabangnya di jalan raya menuju ke Bedugul. Jangan lupa singgah jika ada rencana liburan ke Bedugul, sehingga tidak perlu antre masuk di Joger Kuta.
Jika anda ingin mengunjungi Joger Bali pada saat anda liburan, tentunya anda akan memerlukan sarana transfortasi. Salah satu cara untuk mendapatkan sarana transfortasi untuk mengunjugi Joger adalah dengan cara menyewa mobil atau mengunakan sarana transfortasi umum yaitu taxi.
Atlernatif terbaik untuk transfortasi di Bali adalah dengan menyewa mobil dengan sopir. Pulau ini banyak menyedikan jasa layanan sewa mobil dengan sopir di Bali. Kenapa kami katakan alternatif terbaik, karena dengan anda menyewa kendaraan dengan sopir, anda tidak akan memikirkan mengenai tempat parkir, tidak akan tersesat, dan waktu penggunaan mobil selama 10 jam. Jika anda bandingkan dengan biaya taxi selama 10 jam, maka biaya sewa mobil dengan supir akan jauh lebih murah. Jika anda berlibur dalam romobongan atau group yang lebih dari 20 orang, maka kami sarankan anda untuk menyewa bus di Bali. Untuk sewa bus di Bali, silakan klik link.
Bali Joger, sering dimasukkan oleh travel agent penyedia paket tour di Bali ke dalam agenda tempat wisata di Bali yang ditawarkan kepada pelanggan tentunya dengan harga dan isi paket yang bervariasi.

f.      Produk yang Dijual
Jogger menjual berbagai macam souvenir, mulai dari baju, sandal, mug, gantungan kunci , hingga mainan anak-anak tradisional unik. Pada beberapa produknya diberi kata-kata lucu dan “garing” yang orisinil dan khas yang menambah unik tiap produk buatannya.  Salah satu kata-kata unik Joger  terkenal yang digunakan untuk promosinya adalah “Joger jelek, Bali bagus” , kata-kata yang sangat aneh sebenarnya karena pada saat begitu banyak produk yang membesar-besarkan produknya untuk keperluan promosi, Joger justru melakukan sebaliknya dengan mengatakan kalau dirinya jelek. Masih banyak lagi permainan kata-kata yang menjadi ciri khas tersendiri. Karena inilah Joger kemudian dikenal dan disebut sebagai pabrik kata-kata.
Tidak hanya unik karena kata-katanya, produk Jogerpun banyak yang memang dibuat tidak biasa, seperti jam terbalik yaitu jam dengan arah jalan jarum penunjuknya terbalik. Menurut Mr.Joger sendiri jam ini dibuat untuk orang-orang yang ingin maju. Selain jam terbalik ada juga sandal yang sengaja dibuat berbeda warna kanan dan kiri. Benar-benar unik bukan?
Harga yang ditawarkanpun sangat variatif dan bisa dibilang sangat terjangkau untuk souvenir yang benar-benar unik dan khas Bali. Sebagai contoh untuk Jam terbalik Joger, harganya 65.000 rupiah, sedangkan sandal beda warnanya hanya 35.000 rupiah. Dan sekedar informasi , Joger tidak menjual produk originalnya diluar Toko Joger di Kuta dan Luwus, jadi untuk para wisatawan diharapkan agar tidak mudah tertipu dengan harga yang lebih murah yang tentunya dengan kualitas juga jauh lebih rendah produk asli.
Yang membuat Joger ini semakin banyak dikunjungi wisatawan adalah letaknya yang strategis yaitu dekat dengan sangat banyak objek wisata di daerah tabanan seperti Kebun Raya Bedugul, Danau Beratan, Strawberry Stop dan lain lain. Hampir semua wisatawan yang berkunjung ke objek-objek wisata tersebut menyempatkan diri untuk singgah membeli oleh-oleh di toko souvenir unik ini.

H.         Tanjung Benoa
a.     Lokasi
Tanjung Benoa adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.Tanjung Benoa merupakan tempat wisata di Bali yang terkenal akan pantainya. Tempat ini juga merupakan surganya wahana air seperti banana boat, scuba diving, parasailing, rolling donut, seawalker, flying fish, snorkeling dll. Selain itu, terdapat pelayaran menuju Pulau Penyu tempat hidup dan penangkaran seekor kura-kura, ular, jalak bali, dan sebagainya.[1] Sehingga tidak salah kalau Tanjung Benoa dikenal sebagai pusat wisata bahari di Bali.
Aktifitas wahana air sangat tergantung dari kondisi pasang surut air laut yang dikenal istilah pasang purnama dan pasang tilem. Jika kena pengaruh bulan mati (tilem), atraksi wisata laut baru bisa dilangsungkan di atas pukul 11.00 hingga sore. Sebaliknya, kalau terkena pengaruh pasang purnama (bulan penuh), wisatawan bisa memulai aktivitas wisata tirta sejak pagi hari, sekitar pukul 09.00 hingga sore hari biasanya sampai jam 4 sore. Bibir pantai Tanjung Benoa memiliki laut yang aman, nyaman dan indah. Karang lautnya masih lestari, sehingga ombak akan pecah di luar, sebelum menyentuh bibir pantai. Karena itu, di pantai Tanjung Benoa dikenal istilah ‘’laut dangkal’’ dan ‘’laut dalam’’.[
Pesisir pantai Tanjung Benoa mencakup tujuh lingkungan/banjar, enam di antaranya masuk wilayah Kelurahan Tanjung Benoa (Banjar Kerta Pascima, Anyar, Tengah, Purwa Santi, Panca Bhineka, dan Banjar Tengkulung), sedangkan Banjar Terora masuk wilayah Kelurahan Benoa. Luas keseluruhannya 400,39 hektar, 226,64 hektar di antaranya adalah luar wilayah Banjar Terora. Dengan demikian luas wilayah Tanjung Benoa hanya 173,75 hektar.
b.    Fasilitas
Tanjung Benoa terkenal dengan Wahana Water Sport terbaik di dunia yang memiliki berbagai jenis permainan air yang menarik dan seru tentunya. Berikut beberapa Fasilitas Water Sport di TanjongBanoa Bali Indonesia :
Flying Fis, untuk anda yang ingin merasakan sensasi bergerak melawan arah angin, menjadi salah satu rujukan; adrenalin kita akan terpacu melalui permainan yang menggunakan perahu mirip ikan layar yang ditarik dengan speedboat.
Glass BottomBoat, wahana yang mengajak untuk menyeberang menuju Pulau Penyu dengan kapal yang bawahnya transparan supaya kita bisa melihat pemandangan bawah laut dan ikan-ikannya.
Permainan jet ski, Permainan jet ski memberikan tantangan tersendiri, bagaimana kita menguji adrenalin kita menjadi seorang pembalap di lautan luas.
Parasailing, untuk melihat dengan jelas pemandangan area Tanjung Benoa. Birunya langit dan laut yang selalu terlihat sangat jelas menjadi background, Garis-garis pantai, taman nan hijau dan barisan pepohonan yang ada di Nusa Dua dan sekelilingnya, sungguh eksotik. Selain itu . Kemeriahan jet ski, speedboat, bananaboat, dan kapal-kapal yang berbaris seolah ikut menjadi penghias sebuah surga kecil bagi para pencinta water sport, seakan tertidur dan mimipi terbang di atas surga kecil.
Snorkeling, Untuk melihat indahnya biota laut

c.     Tarif Fasilitas di Tanjung Benoa
Berkunjung ke Tanjung Benoa Bali rasanya tidak sempurna kalau tidak mencoban dan menikmati berbagai fasilitas yang ada, berbagai fasilitas yang ada di Tanjung Benoa dapat anda coba dan nikmati dengan menyewanya, dengan harga yang relatif terjangkau, untuk sesuatu yang luarbiasarasaya relatif terjangkau. Berikut beberapa tarif Fasilitas Watersprot di Tanjung Benoa Bali
1. BananaBoat: Rp 150.000 (15 menit)
2. FlyFish: Rp 300.000 (2x terbang)
3. Glass BottomBoat + Pulau Penyu: Rp 350.000 (1 jam)
4. Jet Ski dengan Pemandu: Rp 275.000 (15 menit)
5. Jet Ski tanpa Pemandu: Rp 350.000 (15 menit)
6. Mangrove Tour: Rp 450.000 (1 jam) Parasailing: Rp 185.000 (1 putaran)
7. Snorkeling: Rp 275.000 (1 jam)
8. Sea Walker: Rp 800.000 (1 jam)
9. WakeBoard: Rp 350.000 (15 menit)
10. Water Ski: Rp 350.000 (15 menit)
11. Paket A: Rp 475.000 (Parasailing, BananaBoat, Jet Ski withInstruction)
12. Paket B: Rp 450.000 (Glass BottomBoat, Turtle Island, Snorkeling)
13. Paket C: Rp 850.000 (Parasailing, BananaBoat, Jet Ski withInstructor, ScubaDiving)
Harga tersebut dapat berubah setiap saat, untuk mendapat informasi lebih jelas, silahkan kunjungi reservasi penyedia layanan faslitaswatersport di Tanjung Benoa
Akses / Jarak tempuh Menuju Tanjung Benoa Bali
Berkut lama jarak tempuh perjalananan menuju ke Tanjung Benoa :
Dari Bandara ; 20 menit
Dari Kuta : 30 menit
Dari Nusa Dua : 5 menit
Dari Legian : 35 menit
Dari Canggu : 60 menit dan
Dari Jimbaran : 20 menit
Jarak tempuh tersbut tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu faktornya adalah kendaraan yang digunakan, dan kondisi lalu lintas jalanan. Demikian Informasi seputar Wisata Tanjung Benoa. Selamat Berwisata
I.                  Makam Raden Ayu Siti Khotijah
a.     Lokasi
        Makam keramat Pamecutan, milik Gusti Ayu Made Rai, alias Raden Ayu Siti Khotijah di Jln. Batu Karu Pamecutan Kota Denpasar Barat,
b.    Sejarah Tokoh
Cerita awal sang Raden Ayu Pemecutan, seperti cerita legenda putri-putri keraton di seluruh nusantara. Sang putri terkenal cantik dan disayang hingga menjadi kembang kerajaan. Tak sedikit para pembesar kerajaan di Bali yang ingin meminang sang putri. Namun musibah datang, sang putri mengidap penyakit kuning. Raja Pemecutan berusaha untuk menyembuhkan sang anak kesayangan, namun tak berhasil menyembuhkan sang putri. Hingga Raja Pemecutan membuat sebuah sayembara yang bisa menyembuhkan penyakit sang putri, jika perempuan akan diangkat jadi anak raja dan jika laki-laki akan di kawinkan dengan Raden Ayu Pemecutan.
Kabar tentang sayembara ini terdengar oleh seorang ulama di Yogyakarta dan mempunyai seorang anak didik yang jadi raja di Madura yaitu Cakraningrat IV. Ulama yang dalam buku Sejarah keramat Raden Ayu Pemecutan disebut Syech ini memanggil Cakraningrat IV ke Yogyakarta untuk mengikuti sayembara tersebut. Raja Madura ini berangkat ke Bali, hasilnya dapat ditebak Raden Ayu Pemecutan dapat disembuhkan oleh Cakraningrat IV. Siapa sih sebenarnya Cakraningrat IV ? Pangeran dari Madura ini bernama asli Susroadiningrat, dia mendapatkan tahta kerajaan dari kakaknya Cakraningrat III. Cakraningrat IV adalah seorang pemimpin Madura Barat (bertahta 1718-1746). Seperti pendahulunya, dia menolak kekuasaan raja Mataram. Dia lebih ingin berada di bawah pelindungan VOC, sesuatu yang ditolak VOC. Di samping itu, Cakraningrat secara pribadi membenci Amangkurat IV, raja Mataram (bertahta 1719-1726), dan menolak untuk sowan ke kraton Kartasura. Dia juga takut akan diracuni bila ke kraton.  Tahun 1726 Amangkurat meninggal, digantikan puteranya yang mengambil gelar Pakubuwana II, yang berumur 16 tahun (bertahta 1726-1749). Hubungan antara Mataram dan Cakraningrat membaik, dan Cakraningrat menikahi salah satu adik Pakubuwana. Hubungan antara Cakraningrat dan ibu mertuanya, Ratu Amangkurat, menjadi akrab.Di akhir tahun 1730-an, kekuasaan Cakraningrat di Jawa Timur meningkat dan mengancam kedudukan orang Bali di daerah Blambangan.
Jika benar berita sayembara itu didapat dari Yogyakarta, maka peristiwa sayembara terjadi setelah Amangkurat meninggal (1726), karena sebelum tahun itu Cakraningrat IV tidak pernah datang ke Yogyakarta. Setelah sang putri sembuh, lalu Raden Ayu Pemecutan dan Cakraningrat IV dikawinkan. Tentunya dalam perkawinan muslim, keuanya harus beragama Islam, Raden Ayu Pemecutan pun jadi mualaf dan bergelar Raden Ayu Siti Khotijah. Sang putri lalu di boyong ke Madura oleh Cakraningrat IV.
Suatu ketika Raden Ayu  pulang ke Bali beserta 40 orang pegiring dan pengawal. Cakraningrat IV memberikan bekal berupa guci, keris dan sebuah pusaka berbentuk tusuk konde yang diselipkan di rambut sang putri. Sesampainya di kerajaan Pamecutan, Siti Khotijah disambut dengan riang gembira. Namun, kala itu tidak ada yang mengetahui bahwa sang putri telah memeluk agama Islam. Suatu hari ketika ada suatu upacara Meligia atau Nyekah yaitu upacara Atma Wedana yang dilanjutkan dengan Ngelingihan (Menyetanakan) Betara Hyang di Pemerajan (tempat suci keluarga) Puri Pemecutan, Raden Ayu Pemecutan berkunjung ke Puri tempat kelahirannya. Pada suatu hari saat sandikala (menjelang petang) di Puri, Raden Ayu Pemecutan alias Raden Ayu Siti Kotijah menjalankan persembahyangan (ibadah sholat maghrib) di Merajan Puri dengan menggunakan Mukena (Krudung). Ketika itu salah seorang Patih di Puri melihat hal tersebut. Para patih dan pengawal kerajaan tidak menyadari bahwa Puri telah memeluk islam dan sedang melakukan ibadah sholat. Menurut kepercayaan di Bali, bila seseorang mengenakan pakaian atau jubah serba putih, itu adalah pertanda sedang melepas atau melakukan ritual ilmua hitam (Leak). Hal tersebut dianggap aneh dan dikatakan sebagai penganut aliran ilmu hitam.
Akibat ketidaktahuan pengawal istana, ‘keanehan’ yang disaksikan di halaman istana membuat pengawal dan patih kerajaan menjadi geram dan melaporakan hal tersebut kepada Raja. Mendengar laporan Ki Patih tersebut, Sang Raja menjadi murka. Ki Patih diperintahkan kemudian untuk membunuh Raden Ayu Siti Khotijah. Raden Ayu Siti Khotijah dibawa ke kuburan areal pemakaman yang luasnya 9 Ha. Sesampai di depan Pura Kepuh Kembar, Raden Ayu berkata kepada patih dan pengiringnya “aku sudah punya firasat sebelumnya mengenai hal ini. Karena ini adalah perintah raja, maka laksanakanlah. Dan perlu kau ketahui bahwa aku ketika itu sedang sholat atau sembahyang menurut kepercayaan Islam, tidak ada maksud jahat apalagi ngeleak.” Demikian kata Siti Khotijah.
Raden Ayu berpesan kepada Sang patih “jangan aku dibunuh dengan menggunakan senjata tajam, karena senjata tajam tak akan membunuhku. Bunuhlah aku dengan menggunakan tusuk konde yang diikat dengan daun sirih serta dililitkan dengan benang tiga warna, merah, putih dan hitam (Tri Datu), tusukkan ke dadaku. Apabila aku sudah mati, maka dari badanku akan keluar asap. Apabila asap tersebut berbau busuk, maka tanamlah aku. Tetapi apabila mengeluarkan bau yang harum, maka buatkanlah aku tempat suci yang disebut kramat”.
Setelah meninggalnya Raden Ayu, bahwa memang betul dari badanya keluar asap dan ternyata bau yang keluar sangatlah harum. Peristiwa itu sangat mengejutkan para patih dan pengawal. Perasaan dari para patih dan pengiringnya menjadi tak menentu, ada yang menangis. Sang raja menjadi sangat menyesal dengan keputusan belia . Jenasah Raden Ayu dimakamkan di tempat tersebut serta dibuatkan tempat suci yang disebut kramat, sesuai dengan permintaan beliau menjelang dibunuh. Untuk merawat makam kramat tersebut, ditunjuklah Gede Sedahan Gelogor yang saat itu menjadi kepala urusan istana di Puri Pemecutan.
Demikian kisah sang putri yang saya kutip dari beberapa sumber, ada beberapa simpulan dari cerita diatas: Bali, sangat mempertahankan agama, budaya dan tradisinya. Hingga Proses Islamisasi sepertinya tak pernah sampai kesana, kuat dugaan saya keikutan Cakraningrat IV dalam sayembara merupakan salah satu usaha Islamisasi. Sikap teguh untuk tidak akan meninggalkan Hindu ini juga terus dipegang raja-raja Bali sesudahnya termasuk ketika Bali pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Meski begitu, bukan berarti Bali tertutup dari pengaruh budaya luar. Bali sangat terbuka terhadap datangnya saudagar-saudagar muslim dan mereka disebut sebagai nyama selam (saudara dari umat Islam). Oleh raja-raja Bali pada sekitar abad ke-18-19, kelompok-kelompok muslim ini diberikan untuk menempati lahan-lahan kosong. Ini merupakan kompensasi dari bantuan yang diberikan kelompok-kelompok muslim itu dalam upaya mempertahankan kekuasaan para raja-raja itu. Karena itulah, banyak ditemukan perkampungan-perkampungan khusus muslim di Bali. Misalnya, perkampungan Islam di Desa Pegayaman, Buleleng, Kampung Bugis di Serangan, Kampung Gelgel di Klungkung, Kampung Kusamba di Klungkung dan masih banyak lagi yang lain. Jika ditelusuri, leluhur kampung-kampung muslim itu pasti memiliki hubungan mesra dengan raja-raja yang pernah mengayominya.

Bab III
Penutup


A.  KESIMPULAN
Setelah melakukan penulisan ini penulis dapat menarik kesimpulan. Ternyata objek-objek wisata di Jawa Timur dan Bali selalu padat dikunjungi oleh pengunjung baik dari domestic maupun mancanegara.
Dari penyusunan karya tuli ini penulis bisa menarik kesimpulan :
1.    Objek wisata di Jawa Timur sangat unik dan
2.    Mayoritas penduduk Bali memeluk agama Hindu. Hal ini terkait dengan banyaknya pura yang dibangun disetiap banjar atau desa maupun disetiap rumah.
3.    Dengan kebudayaan sendiri yang asli dan panorama alam yang alami, maka Pulau Bali menjadi objek wisata yang terkenal diseluruh dunia.

B.  SARAN
Dari hasil penyusunan karya tulis ini maka penulis bisa memberikan sran-saran sebagai berikut :
1.      Kebudayaan merupakan warisan nenek moyang dan warisan kita bersama maka dari itu harus kita jaga dan lestarikan bersama.
2.      Mengembangkan dan meningkatkan usaha pemerintah dalam melestarikan serta menjaga kebudayaan Indonesia.
3.      Segala fasilitas, srana dan prasarana serta pelayanan terhadap pengunjung di Tanah Lot agar bisa ditingkatkan lagi.

C.  Pesan dan Kesan Perjalanan
Kesan :
Kesan-kesan yang kami dapatkan selama kami mengikuti field study banyak sekali. Kami merasa senang karena kami bisa mengikuti field study bersama teman-teman dan guru. Selain itu kami juga mendapatkan banyak sekali ilmu baru. Kami juga mendapatkan pengalaman baru yang tidak pernah kami lupakan.

Pesan :
Pesan field study kemarin sebagai sarana pembelajaran siswa di luar sekolah dan untuk menyegarkan pikiran saat kebingungan ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Selain itu kegiatan field study kemarin juga berguna untuk menambah wawasan peserta didik. Dari situlah kami ingin meninggalkan beberapa pesan yaitu, guru pendamping lebih mengawasi siswa-siswanya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diiginkan. Waktu yang diberikan pada tiap tempat harap lebih diperlama agar siswa dapat lebih puas berkeliling objek.

D. Lampiran
 https://scontent-sin1-1.xx.fbcdn.net/hphotos-xfa1/v/t1.0-9/423030_474597922604657_1603715482_n.jpg?oh=1d1090eb4037fa5c853f2936b3aa04d0&oe=57AF47AF
( Pondok Pesantren Tebuireng)               (Hadratusy Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari)

https://scontent-sin1-1.xx.fbcdn.net/hphotos-xaf1/v/t1.0-9/422980_474599075937875_1200693547_n.jpg?oh=ec85f643282fe8069333ba3f1ef0e4f7&oe=57B1DAA6    https://scontent-sin1-1.xx.fbcdn.net/hphotos-xfa1/v/t1.0-9/549944_474599695937813_493691624_n.jpg?oh=9b50355b6667433fd4ac399f655a5c30&oe=5772D0A2
(KH. WAHID HASYIM)                   (K.H. Abdurrahman Wahid)

  
( Makam Gusdur )       (salah satu madrasah di Ponpes Tebuireng)
Foto Sejarah Tokoh Islam.  (KH.AS’AD SYAMSUL ARIFIN)

   Masjid Jin
(Masjid Tiban Turen Malang)

(gedung Kampus UIN Maliki Malang)



Upacara Piodalan Pura Tanah Lot Temple
(tanah Lot)
Mitos dan Ular Suci Tanah Lot
(Ular Suci Pura Tanah Lot)
Pura Ulun Danu Beratan/Bratan Bedugul, Bali 
( Danau Bedugul )



  
        (JOGER)                                           (TANJUNG BENOA)
 
(TANJUNG BENOA)                  (MAKAM RADEN AYU SITI KHOTIJAH)

 (MAKAM RADEN AYU SITI KHOTIJAH)

DAFTAR PUSTAKA

Id.m.wikipedia.org/wiki/tanah lot
Id.m.wikipedia.org/wiki/danau_bratan
Id.m.wikipedia.org/wiki/tanjung_benoa,kuta_selatan,bandung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar